kitiran kami.
( ini lanjutan harapan keriangan dan kebebasan dua anak tadi untuk menjalani hidup pada " ladang" yang asing-sunyi)
Kulihat malaikat itu menutup matanya.
Ayo, nak, teriak lagi, kataku.
Tapi mereka diam.
(penyair sendiri yang merekam kejadian itu dan memahami betul peristiwa tadi : malaikat menutup mata, sebagai tanda bahwa peristiwa itu sudah diputuskan, sudah terjadi, malaikat itu tak bisa berbuat apa apa lagi. sekaligus menunjukkan betapa berat pilihan hidup si anak yang belum mengeri apapun.)
Tak ada tampaknya yang bisa meminta malaikat itu terbang lagi.
(mengacu pada upaya membalikkan peristiwa sesuai kehendak si anak atau kehidupan normal lainnya)
Kulihat ia bertumpu pada pohon jati yang kini hangus.
Hanya bibirnya yang tebal itu bergerak.
"Namaku Nasib," (aku kira itulah yang dikatakannya)