puisi
meramunya di ruang sepi
sepi yang kilap-memukau
seperti mata pisau
yang digambar Sapardi.
Di ruang itu aku campurkan
semua pengalaman
semua interaksi pengetahuan
semua kemungkinan pencarian
menjadi racikan penemuan.
Sekali waktu, wujud puisi itu menyerangku, membenamku
pada eksperimennya sendiri,
dinding beku dan bisu,
ruang gelap dan gagap
sesak tersingkap.
Di ruang ini
sepi yang dalam
dan menikam,
semua pohon pengertian
bersejajaran dengan kesegaran buah
sebagian kita memetiknya
sebagian melupakan.
Ruang eksperimen ini
semakin sepi dalam kesibukan orang orang yang modern.Terhimpit dalam kesibukan yang menakutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H