Bendera bendera berkibar
mata kita nanar
dan jiwa ini bergetar
kepiluan dan ketimpangan
masih terhampar.
Ada yg belum masuk listrik dan sinyal
sekolah sekolah masih mahal
nilai rupiah terasa gerah dalam inflasi
orang orang mencari rimah nasi
mengais beras dari sisa kuli pikul
di pelabuhan.
Para peminpin kita (andai disebut begitu)
sibuk menghias tiang bendera atau bermain sepatu roda.
kita berputar putar di bawah tiang bendera.
Mereka banyak melupakan kita
dan sedikit mengingat kita.
Tapi mereka tetaplah citra kita
atau kita telah menjadi bayangan mereka? entahlah!
Bendera bendera berkibar
dan hati ini terbakar, harapan terlantar:
Bagaimana cara kita menyemai angin
agar ketimpangan tidak menimpa kita? Agar sila kelima tidak hanya di hafalan saja dan dibacakan saat upacara.