Tampaknya keadaan kita sekarang (di zaman TIK) mempermudah kita untuk menulis. Sarana dan fasilitas juga memadai, dari lampu, kertas, komputer dan lingkungan yang terbuka.
Kita tidak bisa membayangkan abad abad sebelumnya, bagaimana orang orang sebelum kita menuliskan karya karya mereka. Hanya dengan cahaya lampu terbatas, tinta dan sarana lain yang minim.
Setidaknya, ada satu motivasi mereka, yaitu sebagai ujud eksistensi. Selain untuk usaha memajukan masyarakat dengan pengetahuan dan keilmuan. Sehingga terbuka filsafat Eropa dan semua dasar pengetahuan modern yang kita kenal, seperti mekanik, optik, ilmu sosial, kedokteran, irigasi. Demikian pula dengan keilmuan Islam yang murni seperti kitab hadis, syarah, fiqih, bahasa Arab, Tafsir. Â
Hingga konon, Harvard Universitypun mengadopsi pola kurikulum yang pernah diterapkan di Baghdad, di Kampus Nizamiyah. Belakangan kita dapat menilisik, bahwa kata College diadaptasi dari kata "kulliyat" sebagai format pengajaran secara umum, seperti fakultas.
Demikanlah, bahwa tulisan itu berdampak. Bila muatannya baik maka baiklah struktur masyarakat itu, bila buruk dan berkembang tulisan rendah penuh syahwati, maka terhambatlah kemajuan masyarakat itu.
Maka di tengah banjir informasi dan kemudahan akses yang kita rasakan sekarang, banyak pola baru yang bisa kita sebarkan dengan menulis. Kita bisa mengawali dari bidang yang kita sukai dan kuasai, atau dari bidang dan hal hal yang kita perlukan.
Mungkin pertama kali kita baru bisa mengumpulkan, menyunting dan merapikan hasil tulisan orang lain.Tapi selanjutnya, kita pasti dapat menuliskan sebaris pengetahuan, penemuan dan kebijaksanaan dalam berbagai bentuknya. Tulisan itupun akan menjadi "benih" dari keberadaan kita yang akan berbuah kebaikan.
Kini, mulailah menulis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H