Di pantainya angin sepoi yang ramah dan jenaka menjamah. Disini, era Hindia Belanda pantainya punya cerita, seperti Malahayati yang Piawai di Selat Malaka.
...................
Perahu perahu yang tertambat
ombak kecil yang berkejaran
deretan pohon pohon cemara yang genit  menepis angin.
ada pondok pondok kecil untuk bersantai
kala pagi dan sore hari.
Sedekade lalu, saat Tsunami menerjang, semua padam, sepi dan bisu. Cerita itu masih melekat, tapi aroma lautnya masih memikat dan memberi gairah.
Di dekat tepiannya jalan mulus menembus tiga bukit menjulang untuk sampai ke Barat Aceh. Dan bukit bukit kecilnya adalah anak bukit barisan. Siapapun akan menangkap kehijauannya
dan membayangkan harapan harapan yang masih tersembunyi, sambil menoleh ke laju industri, investasi dan tawaran masa depan.
Diantara gerimis dan angin laut Malaka, ombak ombak kecil di pantai Lhok Nga
tetap berkisah untuk kita bawa pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H