Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi dan Pencarian Makna

31 Juli 2021   10:30 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:46 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pengalamanan dan peristiwa
telah berteman sejak lama.
Dari pertemuan keduanya
puisi bermula,
membentuk rupa
membelah makna
lalu menyisir realitas bendawi
dan kehalusan jiwa.

Bahasa dan kata
adalah perangkat
kemanusiaan kita.
Sejak Adam Dicipta
Ia telah belajar benda benda
dengan segenap fungsi dan makna.
Sampailah ke Idris
dan Nuh
lalu ke zaman kita pula.

Bila puisi itu mengandung
sejumput saja kebenaran,
ia dapat mewarisi titah kenabian,
begitu kata Sir Iqbal dari Pakistan.

Adapun kebenaran relatif
yang dikandung filsafat
hanyalah kebenaran
untuk dirinya sendiri.
Bukan kebenaran
yang datang dari
Satu Pengertian.

Dari wujud kebenaran ini
mekarlah cinta yang menjadi
panggung segala pujian,
dari ujung kelopak  
yang mekar tadi
tampaklah hasrat terdalam
dari puisi yang akan
muncul kemudian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun