Akhirnya Tangan Waktu  itu
merengkuhmu jua.
Tapi tidak dengan  paksa
Sebab engkau telah mengukur
setiap penantian dan pertemuan
atau mengukur jarak api dan abu.
Kini engkau telah sampai
di pagimu yang abadi.
Sementara kami masih berlayar
bersama perahu kertas
sambil mengingat cerita hujan
di bulan juni.
Inilah secangkir puisi,
mungkin saja dapat mewakili
cintamu yang sederhana
dalam kemewahan.
Adapun eksperimenmu
dalam keindahan puisi
akan menjadi kenangan.
Seperti katamu:
puisi tanpa metafora
akan kehilangan daya.
...........selamat jalan, Eyang Sapardi.
Peminat prosa.
Menyusun antologi Berburu Hujan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H