Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi untuk Sapardi (Eyang)

30 Juli 2021   20:13 Diperbarui: 30 Juli 2021   20:27 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akhirnya Tangan Waktu  itu
merengkuhmu jua.
Tapi tidak dengan  paksa
Sebab engkau telah mengukur
setiap penantian dan pertemuan
atau mengukur jarak api dan abu.

Kini engkau telah sampai
di pagimu yang abadi.
Sementara kami masih berlayar
bersama perahu kertas
sambil mengingat cerita hujan
di bulan juni.

Inilah secangkir puisi,
mungkin saja dapat mewakili
cintamu yang sederhana
dalam kemewahan.

Adapun eksperimenmu
dalam keindahan puisi
akan menjadi kenangan.
Seperti katamu:
puisi tanpa metafora
akan kehilangan daya.

...........selamat jalan, Eyang Sapardi.

Peminat prosa.
Menyusun antologi Berburu Hujan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun