Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Zaman dan Kesepian Kita

27 Juli 2021   14:27 Diperbarui: 27 Juli 2021   14:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

___"Dunia akan selalu menjadi panggung bagi anak anak zaman yang kesepian. Entah itu selaras dengan tujuan abadinya atau kesepian itu hanya duri semata."___

Kata Gibran, kita adalah anak anak zaman dan kehidupan. Kita mungkin terlahir bahagia, memproses mimpi, gairah dan pegorbanan. Atau seluruh hidup kita adalah penderitaan dan pengorbanan. Atau hidup kita hanyalah pengabdian dan pemainan. Kesemuanya bernilai sama, dan kesemuanya adalah Cara Tuhan menampakkan realitas.

Banyak manusia mengira, bahwa kehidupan akan hilang begitu saja dan hanya waktu yang membuat kita binasa. Namun kehidupan menyimpan dinding rahasia di baliknya, rahasia kembali dan dan menjadi abadi melampaui realitas yang tampak ini.

Maka anak anak zaman yang kesepian akan selalu memintal sepinya dari waktu ke waktu. Menyangka dirinya hanya seonggok benda dan materi. Padahal kesepian dan pencariannya adalah relung tanya hakikat yang menuntut jawab. Jawaban bagi bahagia dan sengsaranya. Jawaban bagi suka dan dukanya. Dan juga jawaban bagi apa yang telah ia abaikan dari hidup ini.

Dunia akan selalu menjadi panggung bagi anak anak zaman yang kesepian. Entah itu selaras dengan tujuan abadinya atau kesepian itu hanya duri semata.

ehidupan telah menjadi hamparan hidangan dari  sisiNya, Pun Ia telah memberikan seluruh tamsil tentang watak manusia, gejala dam peristiwa, sejak Adam, Nuh, Ibrahim (AS) dan sampai ke kita. Lalu kita menempuh jalan dari yang kita yakini guna menebus semua sepi sepi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun