Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akibat Tusuk Gigi

27 Juli 2021   10:07 Diperbarui: 27 Juli 2021   10:44 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akibat Tusuk Gigi

Saya membaca kisah tentang ini pada tahun 1995. Judul aslinya adalah slilit sang kiyai karya Emha Ainun Najib. Di dalam kisah itu disebutkan bahwa seorang kiyai yang disibukkan di alam barzahnya karena perkara tusuk gigi. Bila perkara ini tidak selesai maka ia akan terhalang masuk surga.

Keaadan sang kiyai di alam barzah itu diketahui santrinya lewat ilham mimpi. Dalam mimpinya sang kiyai akan diazab karena pernah mengambil seranting kecil, entah pohon siapa setelah ia menghadiri undangan warga. Ranting kecil itu ia gunakan untuk membersihkan sisa makanan di celah giginya. Karena buru buru, ia spontan menagambil ranting kecil tadi tanpa izin dari pemilik pohon.

Betapa kita bisa membayangkan bila sekiranya yang kita ambil dari orang lain atau yang bukan hak kita lebih besar  dari tusuk gigi. Seperti pencurian kayu hutan, menyerobot tanah tetangga, menzalimi orang lain, rekayasa anggaran, penyelewengan dana infrastruktur dsb. Tentu hal hal itu dan sejenisnya akan lebih menyibukkan kita lagi dan membahayakan nasib kita di akhirat kelak.

Dikisahkan kembali oleh Taufik sentana.
Banyak menulis puisi dan esai sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun