Mohon tunggu...
Taufiq Pasiak
Taufiq Pasiak Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pemerhati Kajian Otak, Perilaku Sosial dan Cara manusia berpikir. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lovers-Haters: Para Bajingan Tengik

18 April 2016   13:53 Diperbarui: 18 April 2016   14:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lama tak bertemu, minggu pagi kemarin saya bertemu dengan seorang yunior. Ketika mahasiswa ia salah satu kader yg saya didik. Saat duduk2 ia bertanya : "bang, bagaimana pendapat Abang soal pendukung dan lawan Jokowi/Ahok saat ini?" Saya sebenarnya tak ingin menjawab karena sibuk2nya mempersiapkan diri untuk mengkhitan seorang anak. Namun, karena ia bilang mau segera pamit maka saya memilih menjawabnya. "Begini," kata saya, "ada 4 kelompok orang yang ikut ramai dalam soal ini. Saya bikin garis yang ujung kirinya adalah para 'pembenci/haters, setelah itu 'para penidak suka/'dislikers', lalu 'para penyuka/'likers, dan (ujung kanan garis) adalah 'para pencinta/lovers'. 

Para pembenci dan pencinta sepenuhya tidak rasional dan emosional. Otak mereka 99 persen ndak jalan. Yang dipakai adalah 99 persen emosi dan instink. Instink membela diri dan membabi buta menguasai otak mereka. Mereka ini yg selalu merasa terancam jika ada yg mengganggu/mendukung J-A. Meski pendidikan mereka tinggi tapi pikiran mereka dikendalikan oleh batang otak yang bersifat instink, untuk bertahan hidup dan melihat segala hal sebagai ancaman. Di benak mereka segala hal bersifat 'all or nothing' alias iya atau tidak sama sekali. 

Semua bersifat hitam putih. Kata orang Jawa 'pokoke' alias pokoknya dia atau bukan dia. Karena pake instink maka mereka tak bisa melihat kelemahan dan kelebihan J-A. Mereka betul2 seperti orang jatuh cinta atau benci banget. Ndak bisa dinasihati. Kalau cinta sudah melekat tahi kucingpun rasa coklat. Kalau sudah benci, orang sholat serius pun dibilang olahraga/cari muka. Mereka ini yg jadi sumber masalah, sumber konflik dan kategori orang2 yg hilang akal. LALU, di antara pembenci dan pencinta itu ada 'penidak suka' dan 'penyuka'. Mereka ini rasional. 'Penidak suka' berprinsip bahwa J-A itu BANYAK TIDAK OKE, tapi ada YANG OKE juga. Para 'Penyuka berprinsip J-A itu BANYAK OKE-NYA, TAPI ada juga YANG TIDAK OKE'. Mereka ini melihat J-A sebagai manusia. Bukan sebagai TUHAN (lovers) atau HANTU (haters). Dengan cara ini mereka tidak emosional, tapi rasional proporsional.

 Orang2 inilah yang membuat bangsa jadi.maju karena kalau memberi kritik mereka kritik membangun. Bukan karena benci atau cinta lebay." "Kabar buruknya", kata saya selanjutnya, "pendidikan tinggi atau rendah tidak memengaruhi haters atau lovers itu. Khan mereka nggak pake otak. Jadinya, sekolah mereka yang tinggi2 itu ndak terpakai. Pikirannya cuma pake instink. ..........para lover dan haters melakukan identifikasi diri yg patologis/sakit. Sehingga, jika menyinggung J-A maka seolah2 dia yang tersinggung. "bagaimana,bro",tanya saya. "Wuih, mantaps bangs", kata si Yunior. "Okelah", kata saya. "Kau pulang dulu, saya mau melanjutkan khitanan ini. Pasien saya by order mau bikin model bunga matahari dan model cucur. Jadi saya harus turun langsung". ‪#‎Pagi‬ bae.

Para pencinta (lovers) dan pembenci (haters), berkacalah!. Wajah Anda buruk rupa, seburuk-buruk apa yang bisa kita bayangkan. Apatah lagi hati Anda!. Hati Anda bernanah dan busuk, sebusuk-busuknya yang bisa kita bayangkan. Wajah buruk dan hati busuk Anda itu adalah seburuk-buruk keadaan yang sebenarnya tak pantas dimiliki manusia. Anda semua ini perusak kehidupan. Anda bernaung dan bersembunyi dibalik semua otoritas, kuasa, popularitas, harta, pengaruh, dan gelar, tetapi bagi saya Anda manusia busuk semua. Manusia-manusia tak bernilai sama sekali. Kucing saya lebih berharga dari Anda semua. Jika Anda adalah sebuah produk teknologi, maka anda adalah produk gagal. Produk yang murah harganya dan lebih baik dibuang di tempat sampah. Malu dikit lah, bro n sis!. Malu pada diri sendiri. Malu pada semua kehebatan yang Anda punya! Sekolah tinggi setinggi langit, pergaulan sudah seluas benua-benua, tetapi pikiran picik dan 'biongo'!

Come on bro and sis, para Profesor, para doktor, para tokoh agama, dan siapa saja yang mencintai bangsa ini. Berhentilah jadi pembenci (haters) dan pencinta (lovers). Berhentilah jadi manusia yang dikendalikan batang otak (instink) dan sistem limbik (emosi). Berhentilah jadi binatang dalam cashing manusia. Bangsa ini terlampau besar untuk dikendalikan satu dua tiga orang saja. Tidak penting itu Jokowi-kah, JK-Kah, Harry Azhar-kah, Ahok-kah, siapa saja-kah, yang nama mereka mentereng hari ini. Tahukah Anda, mereka aman-aman saja. 

Begitu usai memerintah mereka akan menempati rumah mewah, plesiran kemana suka dan menikmati kesenangan2 duniawi yang belum tentu seumur-umur kita mampu menggapainya. Dan kita, tetap jadi seperti ini. Boleh jadi kita akan hidup dalam luka dan guratan-guratan nyeri yang berkepanjangan. Berhentilah me-Tuhan-kan mereka, berhentilah men-Setan-kan mereka. Mereka itu--sehebat apapun--bukanlah Setan, apalagi Tuhan. Hanya Tuhanlah yang absolut, yang mutlak kita Cintai tanpa syarat. Dan hanya pada Setan-lah kebencian absolut kita letakkan. Para akademisi (Prof, Doktor) di kampus-kampus, para cerdik-cendekia, di tangan kitalah nasib bangsa saat ini. Ilmu kita tinggi, di atas rata-rata. Mari pake otak kita. Otak yang betul.

Manado, 18 April 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun