Mohon tunggu...
Taufiq Nur Azis Smart
Taufiq Nur Azis Smart Mohon Tunggu... Konsultan - Terus memberi manfaat

Nikmati seadanya, jangan meniru mereka yang punya segalanya. (bersyukur) Gus Baha'

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ngaji Gus Baha', Benarkah Tidurnya Orang Berpuasa Termasuk Ibadah?

19 April 2021   12:16 Diperbarui: 19 April 2021   12:22 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Dikutip dalam pengajian yang disampaikan oleh Gus Baha'bahwa, "tidurnya umatnya Rasulullah itu luar biasa. Utamanya tidurnya orang puasa dan ulama, tidurnya tasbih,"

Gus Baha mengingatkan kepada kita semua, bahwa sanad-sanad seperti ini mungkin luput. "Kamu lupa bahwa saat paling krusial dalam hidup adalah tidur. Sehingga disebut dalam QS Ar-Rum 23:

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan."

Selanjutnya Gus Baha'menjelaskan terkait dengan tidur dalam pandangan Ushul fiqh bahwa,"Tidak ada kemubahan kecuali saat itu anda meninggalkan keharaman. Anda tidur, berarti anda tarkul ma'siyat (meninggalkan kemaksiatan). Tidak mencuri, tidak dugem, tidak berzina, tidak menggunjing orang dan lain lain,"

Sehingga bagi kita yang tidur pada bulan puasa Ramadhan sebagai langkah preventif agar tidak sampai pada melakukan tindakan negatif terhadap diri sendiri dan juga oranglain. 

Sebagaimana Gus Baha' menjelaskan bahwa anggap saja tidur kita seperti, "Ya Allah saya mau tidur, meninggalkan maksiat. Jadi Malaikat Rokib-'Atid diberi tahu, ini bukan sekadar tidur. Ini akan meninggalkan maksiat. Hitung mulai sekarang. Anggap ini kiat meninggalkan maksiat. Tidur enam jam, akhirnya tidak maksiat enam jam meskipun akhirnya maksiat karena bangun jam tujuh. Artinya maksiat tidak Subuhan," canda Gus Baha kepada para jamaah dan santri.

Artinya bahwa tidur kita apabila dengan niat untuk menghindari kemaksiatan lebih baik daripada ketika kita tidak sedang tidur mungkin membicarakan oranglain atau melakukan tindakan yang bisa merugikan oranglain sengaja ataupun tidak disengaja oleh kita.

Sehingga tidur menjadi lebih baik untuk meninggalkan atau menghindari kemaksiatan, Namun apabila kita memiliki tanggungjawab pekerjaan tentu lebih baik adalah mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan kita terlebih dahulu. 

Sehingga tidur yang bernilai itu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dirinya, jangan sampai karena tidur memiliki keutamaan yang baik kemudian kita meninggalkan tanggungjawab pekerjaan dengan tidur, ini yang menjadi tidak dibenarkan dalam Islam. 

Misalnya ketika puasa Ramadhan dan selesai mengerjakan tugas atau pekerjaan daripada ngobrol yang tidak berfaedah dan menimbulkan dampak negatif atau dosa sehingga lebih baik setelah menyelesaikan pekerjaan bisa diisi dengan tidur atau membaca Alqur'an itu lebih utama daripada melakukan tindakan yang tidak pantas.

Semoga kita semua senantiasa terjaga dari tindakan negatif dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, jangan sampai kita hanya menahan rasa lapar dan dahaga dan tidak memperoleh keutamaan daripada bulan Ramadhan ini. Aamiin ya rabb. WaAllahu A'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun