Dikutip dalam pengajian yang disampaikan oleh Gus Baha'bahwa, "tidurnya umatnya Rasulullah itu luar biasa. Utamanya tidurnya orang puasa dan ulama, tidurnya tasbih,"
Gus Baha mengingatkan kepada kita semua, bahwa sanad-sanad seperti ini mungkin luput. "Kamu lupa bahwa saat paling krusial dalam hidup adalah tidur. Sehingga disebut dalam QS Ar-Rum 23:
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan."
Selanjutnya Gus Baha'menjelaskan terkait dengan tidur dalam pandangan Ushul fiqh bahwa,"Tidak ada kemubahan kecuali saat itu anda meninggalkan keharaman. Anda tidur, berarti anda tarkul ma'siyat (meninggalkan kemaksiatan). Tidak mencuri, tidak dugem, tidak berzina, tidak menggunjing orang dan lain lain,"
Sehingga bagi kita yang tidur pada bulan puasa Ramadhan sebagai langkah preventif agar tidak sampai pada melakukan tindakan negatif terhadap diri sendiri dan juga oranglain.Â
Sebagaimana Gus Baha' menjelaskan bahwa anggap saja tidur kita seperti, "Ya Allah saya mau tidur, meninggalkan maksiat. Jadi Malaikat Rokib-'Atid diberi tahu, ini bukan sekadar tidur. Ini akan meninggalkan maksiat. Hitung mulai sekarang. Anggap ini kiat meninggalkan maksiat. Tidur enam jam, akhirnya tidak maksiat enam jam meskipun akhirnya maksiat karena bangun jam tujuh. Artinya maksiat tidak Subuhan," canda Gus Baha kepada para jamaah dan santri.
Artinya bahwa tidur kita apabila dengan niat untuk menghindari kemaksiatan lebih baik daripada ketika kita tidak sedang tidur mungkin membicarakan oranglain atau melakukan tindakan yang bisa merugikan oranglain sengaja ataupun tidak disengaja oleh kita.
Sehingga tidur menjadi lebih baik untuk meninggalkan atau menghindari kemaksiatan, Namun apabila kita memiliki tanggungjawab pekerjaan tentu lebih baik adalah mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan kita terlebih dahulu.Â
Sehingga tidur yang bernilai itu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dirinya, jangan sampai karena tidur memiliki keutamaan yang baik kemudian kita meninggalkan tanggungjawab pekerjaan dengan tidur, ini yang menjadi tidak dibenarkan dalam Islam.Â
Misalnya ketika puasa Ramadhan dan selesai mengerjakan tugas atau pekerjaan daripada ngobrol yang tidak berfaedah dan menimbulkan dampak negatif atau dosa sehingga lebih baik setelah menyelesaikan pekerjaan bisa diisi dengan tidur atau membaca Alqur'an itu lebih utama daripada melakukan tindakan yang tidak pantas.
Semoga kita semua senantiasa terjaga dari tindakan negatif dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, jangan sampai kita hanya menahan rasa lapar dan dahaga dan tidak memperoleh keutamaan daripada bulan Ramadhan ini. Aamiin ya rabb. WaAllahu A'lam