Mohon tunggu...
Taufiq Nur Azis Smart
Taufiq Nur Azis Smart Mohon Tunggu... Konsultan - Terus memberi manfaat

Nikmati seadanya, jangan meniru mereka yang punya segalanya. (bersyukur) Gus Baha'

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ngaji Gus Baha' | Jangan Mengabaikan Hal-Hal Kecil

4 Maret 2021   13:12 Diperbarui: 4 Maret 2021   13:16 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis merupakan salah satu Muhibbin Gus Baha', Insyaallah kecintaan kita terhadap Ulama memudahkan jalan kita menuju Allah SWT. Aamiin ya rabb.

Kesempatan ini mengutip pernyataan dari Gus Baha', dalam sebuah kajian atau pengajiannya beliau menyampaikan kata mutiara berikut:

"Sering kali kita mengabaikan hal-hal kecil, padahal dari sanalah sesuatu yang besar lahir dan tumbuh." -Gus Baha.

Berangkat dari statement yang disampaikan oleh Gus Baha', penulis menyadari bahwa kita sebagai manusia terkadang atau seringkali melupakan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Padahal sesuatu itu akan menjadi besar ketika kita mulai dari yang paling kecil.

Misalnya, "kepedulian kita terhadap lingkungan". seringkalikita membuang sampah begitu saja dane menganggapbahwa itu merupakan hal yang sepele. d Padahal dampaknya sangat luar biasa, apabila perilaku tersebut dilakukan terus-menerus. Ini merupakan salah satu contoh kecil yang sering terlupakan, berkaitan dengan lingkungan hidup.

Kemudian, dalam dunia pendidikan seringkali memiliki anggapan bahwa seseorang yang slow learner adalah anak yang tidak memiliki potensi sedikitpun atau bahkan kita memberikan justifikasi bahwa anak tersebut tak berguna. Ketahuilah bahwa Allah SWT menciptakan manusia tersebut ke dunia ini dengan dibekali potensi yang melekat dalam dirinya. Sehingga inilah yang seringkali kita lupakan bahwa setiap manusia memiliki potensinya masing-masing yang sudah diberikan oleh Allah SWT. 

Kenapa kita mudah sekali menjustifikasi seseorang seperti ini dan seperti itu, karena keterbatasan kita dalam memahami setiap potensi anak. Itulah yang perlu kita ketahui, bahwa yang memiliki keterbatasan itu adalah kita baik sebagai guru, siswa atau kawan dan jiga orangtua. Orangtua semestinya belajar memahami anak bukan anak yang disuruh memahami orangtua. (Ketika anak masih belum baligh/ belum matang cara berpikirnya).

Padahal ketika sesuatu itu belum terlihat dalam diri anak, maka ada sesuatu yang berbeda. Artinya bahwa ada sesuatu yang baru yang belum banyak diketahui oleh orang pada umumnya. Oleh karena itu apabila orangtua dan guru mau menggali sekecil apapun kebiasaan anak maka potensinya akan lahir dan tumbuh meskipun memiliki perbedaan dengan anak yang lainnya. Menurut penulis ini hanya persoalan waktu dan kesabaran orangtua dan seluruh element yang dalam memberikan support. Sehingga dengan support tersebut anak akan menemukan siapa dirinya, dengan begitu orangtua dan guru atau temennya ikut mengetahui potensi dirinya sebenarnya.

Demikianlah sedikit uraian yang penulis buat dalam artikel ini. Jadi sekecil apapun jangan sampai dilupakan begitu saja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun