Mohon tunggu...
Taufiq Mushlih
Taufiq Mushlih Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Hukum dan Jurnalis Foto

Saya Taufiq Mushlih. Mahasiswa Ilmu Hukum, Photographer an Videographer, Social Media Specialist. Hoby Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Belajar Mengontrol Emosi dari Buku Filosofi Teras

12 Juni 2024   17:14 Diperbarui: 12 Juni 2024   17:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sentimen marah yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu disebut emosi. Reaksi terhadap seseorang atau situasi juga dianggap sebagai emosi. Ketika seseorang merasa takut terhadap sesuatu, gembira terhadap sesuatu, atau marah terhadap seseorang, ia mungkin mengekspresikan emosinya.

Emosi sangat berbahaya apabila tidak di kontrol dengan baik, sehingga emosional yang tidak terkontrol menimbulkan emosional yang negatif. Emosi terbagi menjadi dua yaitu, ada emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif menghantarkan atau menhadirkan kita kepada perasaan yang positif, seperti bahagia, harapan, keyakinan, romansa, dll. Sedangkan, emosi yang negatif yaitu yang identik dengan perasaan yang tidak menyenangkan dan bisa membuat perasaan negatif. Seperti sedih, takut, kecewa, kekecewaan, dll.

Nahh... Buku Filosofi teras ini mengajarkan kita untuk mengontrol emosi kita agar emosi kita menjadi emosi yang positif dan menghindarkan dari emosional yang menuju kepada perasaan yang negatif.

Filosofi Teras adalah buku yang ditulis oleh Henry Manampiring. Buku ini menjelaskan konsep filsafat Yunani-Romawi kuno yaitu Stoic. Filosofi ini mampu membantu manusia mengatasi emosi negatif dan menghasilkan ketangguhan mental ketika menghadapi permasalahan hidup.

Filosofi Teras menjelaskan konsep stoic dengan lebih ringan sehingga diharapkan semakin banyak orang yang memahami dan menerapkan stoic dengan baik. Dilansir dari laman Gramedia, Henry Manampiring sengaja menggunakan diksi filosofi teras agar lebih paham dengan bahasa Indonesia.

Asal usulnya adalah, di Athena pada masa Yunani kuno 300 tahun sebelum Masehi atau 2300 tahun yang lalu, Zeno, pionir filsafat Stoa, sering mengajarkan filsafatnya di teras berpilar, yang dalam bahasa Yunani disebut "stoa". Jadilah versi Indonesia, filosofi teras.

Filsafat Teras berbicara tentang filsafat stoic yang dianggap mampu memberikan kemampuan pada manusia untuk tenang dalam menghadapi kesulitan. Sebuah aliran filsafat yang ada lebih dari 2000 tahun yang lalu mengidentifikasi penyebab dan solusi berbagai emosi tidak menyenangkan. Kami menyebut sistem pemikiran ini sebagai stoicisme atau filsafat stoic.

Henry mengemukakan filosofi teras sebagai sarana mengatasi perasaan kurang baik dan mengembangkan ketangguhan mental dalam menghadapi naik turunnya kehidupan. 

Buku Filsafat Teras berbeda dengan buku-buku filsafat sebelumnya karena buku ini menggambarkan bagaimana generasi Z menggunakan bahasa dan membandingkannya dengan kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama Filsafat Teras adalah hidup rukun dan tidak didera perasaan buruk.

Hidup harmonis sangat penting karena kehidupan mengikuti kehendak penciptanya dan seimbang dengan alam, yang merupakan salah satu pelajaran utama buku ini. Selain itu, Anda harus ingat bahwa segala sesuatunya harus terjadi secara alami dan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi. Untuk mencapai hasil terbaik, upaya tetap diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun