Pernah kita merasakan seperti judul di atas? Kita merasakan hidup kita tak bahagia. Perjuangan keras kita belum bertemu dengan kesuksesan. Tak disangka rasa putus asa menyambar semangan usaha. Bagaimanapun kita pernah merasakan hal yang demikian. Walau dengan kadar yang berbeda.
Perjalanan kesuksesan itu unik dan penuh misteri. Kita tidak tahu berapa panjang jalannya dan berapa lama untuk menempuhnya. Kita juga tidak bisa memastikan bentuk jalannya, berbelokkah? Landaikah? Atau berliku?
Jika benar jalan menuju kesuksesan itu panjang, pantaskah kita untuk berhenti atau bahkan mundur ke titik nol? Jika panjang berarti yang kita lakukan adalah mempersiapkan bekal untuk perjalanan yang panjang itu. Bekal yang berlipat-lipat dan bermacam-macam. Diantaranya, bekal pengetahuan, mental, semangat, fisik dan yang terpenting keyakinan. Karena dengan keyakinan yang kokoh tak akan menyurutkan langkah kita.
Jika benar jalan menuju kesuksesan itu panjang, maka kita harus mempercepat jalan atau membesarkan langkah agar segera sampai ke titik kesuksesan. Dengan konseskuansi tingkat kelelahan kita akan bertambah dan energi akan semakin terkuras. Harus siapkan diri untuk itu.
Jika benar jalan menuju kesuksesan itu panjang, maka kita perlu teman perjalanan. Agar keletihan kita lenyap selama percakapan yang menghiasi perjalanan. Â Teman menjadi tempat berbagi kebahagiaan dan juga penampung tangis yang mungkin tidak tertahan. Teman menjadi pengingat jika kita salah jalan dan menjadi penyemangat jika kita mulai kehilangan asa.
 Tak ada alasan lagi bagi kita untuk terus mengutuk keadaan. Jika perjalanan menuju kesuksesan itu mudah dan jalannya pendek, maka kesuksesan itu takkan bernilai lai. Tidak lagi menjadi sesuatu yang spesial. Kita hanya perlu memperbaiki tatanan pikiran kita bahwa kita sudah punya harta paling berharga untuk menjadi sukses yaitu diri kita sendiri.
Terakhir, sebagai pengingat. Â Raihlah kesuksesan kita sendiri, jangan kejar kesuksesan orang lain. Karena masing-masing kita tercipta dengan sempurna dan keunikan yang berbeda.
Â
IG: instagram.com/ismedtaufiq/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H