Di tepian senja, diiringi sunyi,
Ketukan cangkir, suasana tercipta,
Pembicaraan pecah, diucapkan kata,
Dalam lautan harapan, pikiran terhempas.
Kopi hitam menggoda, menghidupkan jiwa,
Aroma merambat, membangunkan raga,
Dalam goresan bibir, rahasia tersirat,
Mengalir dalam gelas, di antara riuh suara.
Lembutnya canda, di tiap senyum terukir,
Ketukan jari, melengkapi irama percakapan,
Bebas terbang, tak terkekang angan,
Di antara semilir angin, berlabuh dalam ingatan.
Bicara tentang mimpi, di balik kepulan asap,
Menerawang masa depan, dalam sejuk getar,
Mendebarkan hati, perlahan meleleh,
Pada secangkir kopi, semangat yang terpatri.
Cerita berganti, layaknya lirik syahdu,
Dalam takaran kopi, kata-kata terucap,
Melantun pelan, meniti rentak waktu,
Pembicaraan sore, tuk bersama terjalin rapat.
Kopi, kawan setia, dalam tiap percakapan,
Menjadi saksi bisu, pesona kata-kata,
Sore yang bergemuruh, tuk menyatukan jiwa,
Dalam setiap tegukan, rasa kebersamaan terpatri.
Di tepian senja, terbentang pelangi bicara,
Kopi menjadi perekat, mengikat hubungan,
Saat mentari terbenam, gelap beranjak datang,
Kopi dan pembicaraan, tetap tersemat dalam kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H