Mohon tunggu...
Taufiq Haddad
Taufiq Haddad Mohon Tunggu... Penulis - Peminat Filsafat, Spiritualitas, Politik, Demokrasi, dan HAM

Liverpudlian, Moderat, Curiosity

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eduardo Agnelli: Dari Roma Menuju Tuhan

29 April 2020   13:23 Diperbarui: 29 April 2020   19:20 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaliknya kehidupan Eduardo sungguh 180 derajat berbeda dengan sang ayah. Ia seorang penyendiri, perenung dan peduli dengan rakyat kebanyakan yang miskin. Ia mengambil studi filsafat dan perbandingan agama di Princeton University. Ia bahkan pernah menjelajah hingga ke India mencari pencerahan. Setelah mengamati dan mempelajari berbagai agama, dan mempraktikannya, pada usia 26 tahun, Eduardo memilih Islam sebagai agamanya.

Berlimpah materi dan fasilitas disekitarnya ternyata tak menarik minat dan kecenderungan Eduardo muda untuk hidup hedonis seperti sang ayah. Ia malah lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku, dan berdiskusi mengenai pencarian kebenaran. Selain itu ia juga banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan sosial dan amal di berbagai tempat, hingga ke benua Afrika. Ia dikenal sebagai aktivis anti narkoba.

Sikap Eduardo ini seolah seperti bentuk protes atas pengalaman batin hidupnya. Ia melihat ayahnya hampir tanpa jeda mengejar harta dan kekuasaan. Namun semua itu tak juga membuat hidup ayahnya tenang. Bagi Eduardo, kesalahan menggunakan uang justru jauh lebih mengancam manusia daripada penyalahgunaan narkotika.

Pencerahan Ilahi

Dalam pengakuannya, Eduardo menyatakan begitu terpukau dan mengagumi alquran saat pertama kali membacanya, saat berkuliah di New York. Hatinya tersentuh membaca terjemahan alquran dalam bahasa Inggris. Ia berkeyakinan kitab ini jelas bukalah buatan manusia, sebuah keajaiban sejarah, kitab suci, yang pasti bersumber dari Tuhan. Ia bahkan rela menghabiskan waktu malamnya membaca dan mempelajari alquran dengan hanya ditemani api lilin. Baginya membaca al-Quran di malam hening memberikan suasan kudus tertentu.

Ia menyembunyikan agamanya. Menggunakan Hisham Aziz, sebagi nama dalam surat menyurat dengan saudara-saudara muslimnya. Namun setelah ketemu Hassan, ia pun mengganti namanya menjadi Mahdi, sebuah nama yang sarat dengan pesan tertentu.

Manusia adalah mahluk yang cenderung pada kesempurnaan. Ia akan terus mengejar kemana dan dimana kesempurnaan itu berada. Simbol atau tanda dari kesempurnaan seperti kekayaan, kecantikan, kekuasaan yang bersifat materi akan terus menarik hati manusia. Namun saat manusia telah meraih dan merengkuhnya dalam jumlah yang tak terbayangkan, dahaga akan kesempurnaan tetap saja tak terpuaskan. Gianni, ayah Eduardo, seolah mewakili sosok ini. Segala simbol kesempurnaan yang akrab dikenali manusia dimilikinya: kekayaan, kekuasaan, kemashuran dll. Namun, hal tersebut justru berkebalikan dengan suasana hatinya. Gianni dikenal sebagai sosok yang kerap bosan, dan kesepian.

Manusia jelas bukan hanya seonggok tubuh yang terbungkus daging, seperti hewan, tapi mereka memiliki jiwa (ruh), substansinya yang terus bergerak menuju kesempurnaan. Terlempar dari ketiadaan, bertemu banyak objek yang terinderai, dan berusaha memaknainya. Pastilah ada tujuan besar dibalik kehadirannya. Manusia jelas bukan saja jasad yang pemenuhan terhadapnya terbatas. Namun manusia juga adalah mahluk spiritual, dimana pemenuhan terhadapnya tentunya hanya dapat terpenuhi dengan hal-hal yang tak terbatas pula. Hal yang diluar batas ini pastinya bersifat immateri.

Sampai disini ini kita bisa memahami orientasi dan kecenderungan seorang Eduardo. Ini bukan sekadar sebuah reaksi, melainkan sebuah sikap dari kesadaran orang-orang yang telah tercerahkan. Setelah proses perenungan yang mendalam, Eduardo menemukan tujuan dan pilihan jalan yang harus ditempuhnya.

Ia bahkan rela menukar segala kepemilikan materi yang begitu berlimpah dengan pilihannya memeluk Islam. Memegang teguh keyakinan dan kebenaran. Piihan yang menempatkannya dalam posisi yang sangat sulit. Membuatnya di boikot, dalam bahaya, bahkan terancam disisihkan sebagai pewaris kerajaan bisnis Agnelli. Perspektif materialis-pragmatis pasti menyebut keputusannya tersebut adalah bentuk ketidakwarasan.

Pencerahan apa yang dialaminya sehingga seorang milyuner abad ini lebih mempertahankan keyakinan agamanya daripada harus kehilangan banyak harta. Hanya Eduardo saja yang merasakan dan mengetahuinya. Ia memahami kehidupan dengan perspektif filsafat yang digelutinya. Kesadaran yang telah menghantarkannya pada pencarian kepada sang Absolut. Seperti kisah Budha, sang pangeran, yang meninggalkan istana demi mencari kebijaksanaan, dan Ibrahim Adham, seorang sufi yang meninggalkan kerajaannya mengembara mencari hikmah. Kebahagiaan bukan pada apa (materi) yang dimiliknya, atribut yang menyertai dirinya, namun pada kecemelangan hati dan jiwa (immateri) memahami realitas. Eduardo telah memutuskan jalan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun