Mohon tunggu...
Taufiq Gibsa
Taufiq Gibsa Mohon Tunggu... Freelancer - Penyair

Hidup itu penuh keajaiban!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku Berakhir di Pengadilan

12 Februari 2015   01:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:22 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu aku sendirian di rumah. Anak-anakku Mira dan Fauzy masih berada di sekolah, dan suamiku pergi kerja sejak jam 9 tadi. Perutku terasa lapar sekali, mungkin ini karna sejak pagi tadi hanya sebuah biskuit dan segelas teh manis saja yang baru bersarang di dalam lambungku. Ini semua karna aku ingin diet, agar aku tambah cantik, dan suamiku semakin betah di rumah karna kurasa akhir-akhir ini dia jarang pulang. Aku sudah tak tahan lagi, aku ingin makan sesuatu. Ah rasanya terlalu malas saat ini untuk masak di rumah. Kali ini aku akan makan di luar saja.

Kubawa kunci mobilku, sebuah mobil Honda jazz membawaku melaju ke sebuah tempat yang ingin ku tuju. Sebuah restoran yang menyimpan kenangan indah tentang suamiku, tempat kami memadu cinta kasih asmara. Di tempat itu pula dia berjanji sehidup semati akan selalu mencintaiku. Entah mengapa aku ingin kesana, mungkin karena aku rindu pada suamiku, rindu pada kemesraannya, rayu dan candanya yang saat ini hilang entah kemana.

Hari itu berubah menjadi hari kelabu. Langit yang cerah tiba-tiba saja gelap warnanya, kelam dan memilukan. Bagaimana tidak, saat itu aku melihat dengan mata kepalaku sendiri suamiku, satu-satunya laki-laki yang kucintai, saat itu kulihat jelas sedang duduk bersama seorang wanita muda di sebuah restoran tempat kami berkencan dulu. Aku menahan sesak didada ini, entah apa yang terjadi hati ini tiba-tiba sakit sekali, seperti tertusuk sebuah pedang yang tajam tak sanggup lagi sepertinya aku berdiri.

“Jadi ini kerjaan Kamu Mas!” ku ambil sebuah gelas berisi minuman jus berwarna kuning lalu kuguyurkan diatas kepala suamiku yang mesum, saat itu aku menangis tersedu-sedu, dadaku terasa sesak sekali.

“Sayang tunggu dulu aku bisa jelasin semua ini jangan berfikir yang tidak-tidak”

“Alah udahlah Mas ini udah cukup untuk ngejelasin semuanya, pantesan akhir-akhir ini mas jarang pulang, mas udah gak peduli lagi sama keluarga!”

“Oh jadi Bapak udah punya istri? Kenapa gak bilang dari awal Pak, terus gimana janin yang ada di dalam kandungan saya ini, pokoknya bapak harus tanggung jawab, bapak harus nikahi saya!” Timpal wanita muda itu.

***

Aku merasa seperti manusia yang paling malang di dunia ini, tak kuasa lagi sepertinya aku untuk bernafas setelah pengadilan memutuskan hak asuh kedua anakku jatuh pada laki-laki terkutuk itu. Saat itu tangisanku memuncak, apa salahku hingga semua ini terjadi, air mataku bercucuran membasahi pipiku, urat-urat diwajahku tegang menahan beratnya takdir ini, dunia seolah tak berarti lagi untukku.

***

Aku duduk termenung di atas ranjang di kamarku, air mata ini terurai membasahi pipi, aku masih merenungi yang baru saja terjadi. Rupanya aku bermimpi sejak pagi tadi tertidur dikamarku. Aku masih menangis, kali ini aku menangis bahagia setelah tahu itu semua hanya bunga tidur belaka. Saat ku lihat jam di dinding sudah menunjukkan jam 11 siang. Gawat, aku benar-benar lapar, aku bergegas ke kamar mandi membersihkan diriku, aku ingin makan di restoran tempatku dan suamiku kencan dulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun