Hampir setiap malam, sehabis pulang kerja, saya menyempatkan diri untuk ngegym. Biasanya tiba di tempat gym pada pukul delapan malam. Ditambah prosesi mandi, saya baru benar-benar meninggalkan gym di bilangan Bintaro itu, pukul sepuluh malam. Bagi saya, ngegym di malam hari sudah menjadi bagian ritual penutup kegiatan saya di hari itu. Ngegym bukan untuk membentuk tubuh tapi hanya menjaga kebugaran. Karena apabila tujuannya membentuk tubuh, sudah sedari dulu perut saya tidak menyerupai perut one pack 5 kg karung beras.
Setelah basa-basi dengan para trainer dan resepsionis, saya bungkus badan saya dengan jaket jeans yang warnanya sudah memudar dan mbelel. Saya pacu motor biru pabrikan Suzuki pada kecepatan 30 km/jam. Kecepatan favorit!
Namun malam itu, perut saya terasa amat keroncongan. Lain seperti biasanya. Tidak banyak pilihan menu makanan yang ‘aman’ di malam hari. Akhirnya setelah saya telepon ketua RT Desa Sarang Penyamun, saya memutuskan untuk makan Cah Kangkung Saos Tiram. Tentunya tanpa nasi. Karena menurut Ki Joko Bobo, nasi putih mengandung kadar gula tinggi yang bisa menyebabkan perut ndut, apalagi di konsumsi malam hari.
Setelah melewati warung tenda penjual Daging Banteng Tiram, penjual Kuku Ayam Goreng dan penjual Bulu Burung Elang Balado, tibalah saya di warung tenda biru penjual spesialis Cah Kangkung dengan Cah Cing Cang Keling sebagai chef andalannya. Tanpa basa-basi saya langsung pesan Cah King Kong Saos Tiram, eh Cah Kang Kung, ding.
Menu ‘aman’ pun tersaji dengan minuman jeruk hangat tanpa gula. Ketika suapan pertama touch down di mulut, terdengar suara sumbang bas betot karet tambal ban. Bukan hanya itu, sayapun mendengar suara artisnya menyanyikan,
“Ke sana kemari membawa alamat…
Namun yang ku temui bukan dirinya…
Sayang yang ku terima alamat palsu…”
Hampir, saya meninggalkan meja tempat makan untuk berjoget sambil nyawer. Untunglah, naluri itu tertahan karena perut yang lagi lapar.
Beberapa lama kemudian, artis bas betot itu sudah berdiri disamping saya. Dia tidak menyanyi.
Dia berkata,