Mohon tunggu...
Taufiq Athar
Taufiq Athar Mohon Tunggu... -

just a simple guy...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dosennya seperti...Ah!

3 Mei 2012   10:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada cerita tentang si Fulan. Usianya dah cukup kelewat batas untuk mengenyam jenjang pendidikan strata satu. Tapi menurutnya, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Lagi pula, ijazah S1 akan tampak indah dipajang di dinding ruang tamunya, untuk menemani piagam penghargaan lomba makan kerupuk dan lomba nyanyi tingkat taman kanak-kanaknya. Pokoknya, si Fulan sangat bersemangat untuk kuliah supaya lebih maju mirip perutnya yang semakin maju itu.

Setelah melalui berbagai urusan birokrasi pendaftaran, maka jadilah dia mahasiswa baru di suatu universitas. Jangan tanya jurusan apa yang diambil. Dipikirannya cuma ingin menjadi orang kaya. Untung, tidak ada jurusan Ekonomi Cepat Kaya Sekejap. Karena kalaupun ada, pastinya si Fulan yang berumur tiga puluh limaan taon itu sudah bersiap belajar mata kuliah ngepet dan mata kuliah pelihara tuyul.

Hari pertama masuk kuliah, diajar oleh seorang dosen lelaki berperawakan kurus, tingginya sekitar 167 cm. Si Fulan menyimak setiap kata yang terucap. Baginya setiap kata yang terlontar adalah anugerah ilmu. Walaupun dosen itu sangat garing sekali cara mengajarnya. Namun, kelamaan, Si Fulan teringat sesuatu setiap kali dosen itu berbicara. “Duh, kaya siapa, ya??” Mungkin itu yang berkecamuk dipikiran Fulan.

Hari berganti hari, Si Fulan tidak pernah berhenti untuk mencoba menyandingkan dosen itu dengan seseorang yang dia ingat. Maklumlah, karena faktor usia dan uban, Si Fulan sering mengalami short term memory alias suka pikun!

Hingga akhirnya, pada pertemuan keempat di mata kuliah dosen tersebut, Si Fulan baru ingat! Saking senangnya, dia sudah tidak tahan lagi untuk mengungkapkannya. Tiba-tiba dia mengacungkan tangan. Memecah keheningan kelas yang serius mendengarkan dosen itu cuap-cuap hingga banjir.

Si Fulan berkata, “ Saya baru ingat! Saya mengingat Bapak seperti seorang mega star. Suara Bapak mirip sekali dengan Michael Jackson. Melingking dan nyaring. Seandainya Bapak bisa moonwalking, saya tidak keberatan mengikuti kelas Bapak hingga jam dua belas malam!”

Seketika itupun kelas senyap. Si Fulan sudah berada diluar kelas. Di suruh keluar oleh dosen itu….Bodoh sekali!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun