Mohon tunggu...
Pengemis Kasih
Pengemis Kasih Mohon Tunggu... -

be your self!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Demi Sesuap Nasi

17 Januari 2012   15:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:46 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dimanapun kaki ini berpijak, di kampung atau pun di kota, di utara atau pun di selatan, di barat atau pun timur, selalu ada suatu hal yang rasanya tak pernah lepas dari pandangan. Yaitu hal dimana manusia bersandar padanya untuk memenuhi kebutuhan finansialnya. Tidak lain dan tidak bukan itu adalah pekerjaan. Banyak sekali jenis pekerjaan yang bisa kita temui. Dari yang berat hingga yang ringan dan dari yang halal hingga yang haram. Ada yang pekerjaannya dorong gerobak tiap hari, mencangkul, memanjat, memaku dan memalu, menggergaji, memahat, berjualan, memasak, mengepel, menyapu, mencuci, menyentrika, memungut sampah, mencabut rumput, mengojek,memotong rambut, menyetir, menulis, menghitung, menggambar, mengajar, mengatur, berdiskusi, membaca dan bahkan banyak pula yang pekerjaan asusila seperti mencopet, mencuri, merampas, berkorupsi dll.)

Dan seringkali orang-orang apabila ditanya tentang alasan pekerjaan mereka, mereka menjawab dengan sederhananya “Demi sesuap nasi...”.

Sepintas jawaban tadi luar biasa, sederhana, lugas dan tegas. Tapi pada suatu hari saya pernah bercanda dengan seorang pengusaha dengan kata-kata tadi. Lantas dia menyanggah kata-kata itu, menandakan dia tak setuju dan dia pun bilang: “janganlah kita pakai istilah sesuap nasi. Karena bagi seorang yang berjiwa enterpreneurship tinggi, kata-kata tadi menggambarkan sifat pesimistis. Dan alangkah baiknya bila kita berkata 'saya bekerja dan berusaha demi sekarung beras atau segudang beras'. Karena sepiring nasi amatlah sedikit, lantas mana mungkin kita bisa bersodaqoh pada yang lain..”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun