Pertandingan berakhir dengan kekakalah Argentina 3-4 dari Perancis, menandakan berakhirnya kiprah Argentina pada Piala Dunia 2018 di Rusia, dan bisa jadi adalah Piala Dunia terakhir untuk Lionel Messi, sang Messiah, yang  akan membawa Argentina menjadi juara dunia, hal yang sudah sangat lama ditunggu oleh fans Argentina sejak 1986 dan Lionel Messi pun digadang-gadang menjadi penerus seorang Maradona.
Lionel Messi yang bermain di klub Spanyol, Barcelona, mendulang sukses yang besar, baik ditingkat klub serta tingkat individual. Semua gelar sudah dia raih bersama Barcelona, gelar prestisius Balon d'Or yang diraih 5 kali, serta rekor demi rekor yang dia pecahkan, seolah menjadi jaminan bahwa seorang Lionel Messi akan membawa Argentina menjadi juara dunia lagi. Terlebih dari tingkat junior, Messi sudah membawa Argentina meraih emas olimpiade, yang ternyata (mungkin)akan menjadi satu-satunya raihan terbaiknya bersama tim nasional Argentina.
Namun, petaka bagi seorang yang disebut "titisan" Maradona, Messi menjadi seorang pecundang yang hanya bisa membawa Argentina kebabak final 3 kali berturut-turut, Piala Dunia 2014, dan Copa America 2015 dan 2016. Layakkah Messi menjadi titisan Maradona?
Maradona? Siapa dia?
Diego Maradona adalah pemain legenda Argentina kalau tidak mau disebut sebagai "Tuhan" di negaranya, bahkan kabar yang beredar kalau gereja-gereja pun didirikan menggunakan nama "Maradona". Apa spesialnya Maradona?Â
Pada Piala Dunia 1986, Maradona membawa Argentina menjadi juara dunia kedua kalinya, bahkan menjadi "highlight" pada piala dunia saat itu, bahkan beberapa jurnalis mengatakan bahwa saat itu adalah piala dunia khusus untuk Maradona. Hal yang menjadi sejarah tentu saja gol tangan Tuhan dan solo-run saat melawan Inggris. Saat pertandingan final pun, Argentina bisa mengalahkan Jerman Barat yang menjadi favorit saat itu.Â
Pasca Piala Dunia 1986, seluruh Argentina seolah menjadikan Maradona menjadi "Tuhan Sepakbola" di Argentina. Selepas dari saat itu, seluruh pemain potensial Argentina diberi label "New Maradona" sebut saja Ariel Ortega, Pablo Aimar, Javier Saviola, dan yang paling mendekati tentu saja Lionel Messi. Namun sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang sukses membawa Argentina menjadi juara dunia lagi, sekali lagi mereka menjadi pecundang karena embel-embel nama besar Maradona, Argentina menjadi "darurat" Maradona.
Menjadi "New Maradona" seolah menjadi kutukan bagi pemain hebat Argentina, karena mereka harus menjadi Maradona. Sayangnya, publik Argentina seolah-olah tidak bisa terlepas dari Maradona. Seolah mereka berharap "Maradona baru" yang akan memenangkan piala dunia, bukan Argentina.Â
Beda dengan saingan mereka, Brasil, saat mereka juara piala Dunia 1962, dunia tersihir dengan adanya Pele, namun pada perhelatan setelahnya, pemain seperti Romario, Ronaldo, Ronaldinho, Rivaldo, Robinho dan yang terbaru Neymar, tidak ada yang disebut sebagai "new Pele". Hal ini mungkin saja karena Brasil bermain sebagai tim, meskipun memiliki pemain dengan kualitas "alien" namun mereka bermain dengan diri mereka sendiri, tidak dengan embel-embel "Pele", hal yang sangat berbeda dengan Argentina.Â
Mungkin publik Argentina sudah rindu untuk menjadi juara dunia, tapi saatnya mereka move-on dari Maradona, dan menyaksikan pemain mereka tanpa harus dikaitkan dengan Maradona.
Dan setelah ini pun, saya berharap bisa diberi kesempatan untuk menyaksikan Indonesia bisa berkiprah di Piala Dunia.