Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Paranoia di Sungai Musi

4 Maret 2025   16:27 Diperbarui: 10 Maret 2025   00:20 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jembatan Ampera (Sumber: Leonardo AI)

"Di tepi Sungai Musi yang mencekam, ketakutan dan kecurigaan menghantui setiap langkah mereka—apakah ancaman itu nyata, atau hanya paranoia yang semakin liar?"

Angin sore di muara Sungai Musi bertiup pelan, membawa aroma lumpur sungai yang khas. Nugroho berdiri di tepi dermaga kayu, menatap aliran air yang tenang namun penuh misteri. Matahari hampir tenggelam, mewarnai langit dengan gradasi jingga yang perlahan memudar menjadi biru keunguan.

"Jadi, semua sudah siap, kan?" tanyanya kepada Sartika, anggota tim paling senior.

Sartika mengangguk sambil memeriksa kembali catatan di tangannya. "Speedboat sudah dipesan, Pakde. Besok pagi pukul tujuh, kita berangkat ke Muara Padang." Pakde adalah panggilan akrab dari teman-teman tim kepada Nugroho.

Nugroho mengangguk. Kecamatan Muara Padang, atau yang lebih dikenal dengan Jalur 20, adalah titik survei terakhir mereka. Setelah berbulan-bulan berpindah dari satu daerah ke daerah lain, tim ini tinggal menyelesaikan satu wilayah lagi sebelum penelitian mereka berakhir.

Sembilan orang dalam timnya telah bekerja keras, melintasi desa-desa terpencil, mencatat data, mengukur antopometri, dan berbincang dengan warga setempat tentang masalah stunting. Setiap perjalanan selalu punya tantangannya sendiri—jalanan berlumpur, cuaca tak menentu, dan logistik yang sering kali terbatas. Namun, mereka sudah terbiasa.

"Aku besok pagi berangkat duluan ke Palembang," kata Nugroho. "Harus ambil logistik dan uang operasional. Jadi, kamu yang tanggung jawab atas perpindahan tim ke Muara Padang."

Sartika menegakkan bahunya, menerima tanggung jawab itu dengan percaya diri. "Siap, Pakde. Aku pastikan semuanya lancar."

Nugroho tersenyum. Ia percaya pada timnya. Tapi tetap saja, ada sesuatu di benaknya yang membuatnya tak sepenuhnya tenang. Muara Padang bukan tempat yang mudah dijangkau. Butuh speedboat khusus untuk menyeberangi Sungai Musi dan rawa-rawa yang membentang luas. Jika ada kendala di tengah perjalanan, mereka bisa terdampar tanpa bantuan dalam waktu lama.

Ia menoleh ke arah pengemudi speedboat yang baru saja ia sewa. Seorang pria bertubuh besar dengan kulit legam karena terbakar matahari. "Pak, besok pagi jangan sampai telat, ya," ucap Nugroho tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun