Menulis bukan suatu hal mudah yang dapat dikuasai oleh semua orang yang ada di muka bumi. Terkadang sebagian orang beranggapan bahwa menulis merupakan hal yang membosankan, sebab dari menulis tidak ada benefit langsung yang diperoleh malah meninggalkan lelah, bosan, dan lain sebagainya.Â
Namun jangan salah, di balik asumsi negatif tentang menulis sesungguhnya terpendam banyak sekali hal-hal positif yang dapat diperoleh dari aktivitas bernama menulis. Salah satu sastrawan kondang Indonesia yang bernama Pramoedya Ananta Toer pernah berkata bahwa, "orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."Â
Sekilas kita bisa mengetahui betapa besarnya kesadaran sosok Prameodya tentang makna terdalam dari menulis. Penulis besar sekelas Pramoedya saja berkata seperti itu apalah arti bagi kita orang-orang yang membuang waktu dan tenaga hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan malah mendatangkan mudarat.
Iya memang, menjadi seorang penulis bukan semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi patut kita sadari bahwa dari menulislah kita bisa menyalurkan kreativitas, ide, pemikiran, asumsi, opini, dan fakta dengan meraciknya manjadi sebuah mahakarya indah.Â
"If you wait for inspiration to write you're not a writer, you're a waiter," sepintas kutipan dari Dan Poynter tersebut sudah dapat menggambarkan bahwa memang menulis adalah sebuah keberanian.Â
Keberanian di sini menuntut kita untuk jangan menjadi seorang penunggu ulung melainkan menjadi seorang yang selalu menyempatkan diri untuk berburu dalam menemukan inspirasi demi menciptakan sebuah mahakarya. Â
Ingatlah tidak ada orang yang dapat menceritakan ceritamu dan takada pula orang yang bisa menulis ceritamu, maka dari itu tulis ceritamu sendiri dalam lembar-lembar berkas karyamu.
'Saya akan menjadi seorang penulis.' Wah, itu merupakan suatu kalimat yang terkadang memang sangat menakutkan bagi sebagian orang karena tidak semua orang dapat membuat komitmen dalam hidupnya, bahkan dalam membuat komitmen butuh tekad yang bulat untuk mempertahankan komitmen tersebut.Â
Orang yang bertekad ingin menjadi penulis tidak bisa hanya disalurkan melalui kata-kata, tetapi hal tersebut mesti direalisasikan dalam kata-kata yang tertancap dalam sebuah karangan. Jelas dalam membuat sebuah karangan dibutuhkan satu pengorbanan yang biasanya sangat sulit untuk dikorbankan yakni waktu. Tidak mudah bagi seseorang untuk meluangkan sedikit waktunya hanya untuk menulis bahkan sangat sulit bagi seseorang untuk mulai mengubah satu kebiasaan meskipun dia tahu bahwa hal tersebut buruk.
Contoh kecilnya saja seperti makan mi instan, sebagian besar manusia sadar bahwa mi instan mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun apa daya, semua hal tersebut dipatahkan oleh sebuah alasan, "ya udah sih cuma sekali seminggu." Iya benar, hanya sekali seminggu, tapi ingatlah hiduplah adalah pilihan.Â
Kitalah yang menentukan pilihan tersebut. Sekecil apa pun bahan kimia masuk ke tubuh manusia pasti akan ada dampaknya, apalagi dengan alasan hanya sekali seminggu.Â