Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kita Mungkin Akan Kehabisan Argumentasi untuk Mempercakapkan Isu Komunis

30 September 2020   17:12 Diperbarui: 30 September 2020   17:32 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jujur, meski akhir-akhir ini saya dengan sengaja sedang menjauhi menulis artikel politik, tetapi, entah mengapa, selalu saja ada saat-saat saya begitu tergoda untuk menuliskannya. Dan, ya, hari ini saya akhirnya tak mampu menahan untuk tidak menuliskannya.  

Konon kabarnya, bulan September adalah bulan kelabu. Bulan dimana kisah hasrat ingin berkuasa yang disertai dengan fitnah dan lantas meninggalkan kisah tentang banyaknya manusia yang tinggal nama terangkum. Bulan September adalah bulan dimana simbol-simbol pergolakan, pengkhianatan, dan kesetiaan yang dibalas dusta dirayakan. Riwayat pembunuhan, pemerkosaan, fitnah, dan hal-hal mengerikan lainya diceritakan.

Intinya; September itu selalu riuh karena saling tuduh, dan kelabu.  

Saya tidak habis pikir dan kerap bertanya-tanya, mengapa orang terus menerus memperbincangkan komunis dengan antusias dan menyalah-nyalahkannya setahun sekali? Atau di lain waktu ketika mereka merasa memerlukannya?

Jika, katakanlah, komunis itu memang buruk sehingga menjadikan Uni Soviet ambruk dan Korea Utara "tertinggal", lantas mengapa China tidak? Jika komunis itu "menakutkan" mengapa Vietnam tidak?

Konon, bahkan, di Vietnam, simbol komunis itu dipasang di dinding-dinding bandara dan bendera komunis juga dikibarkan dimana-mana, di seluruh penjuru kota. Seharusnya itu menakutkan, tetapi mengapa mereka hidup damai?

Begitu juga China. Naga-naganya negeri tirai bambu itu bahkan kelak digadang-gadang akan menjadi raksasa ekonomi dunia dan akan menggeser sang penguasa. Vietnam juga. Kita bisa melihat tanda-tanda itu, kok.

Jika kelak mereka berhasil menjadi negara maju bahkan lebih maju daripada negara yang anti komunis, jangan-jangan, kita yang anti-komunis akan kehabisan argumentasi dan kesulitan menyalahkan komunis. Apalagi, misalnya, jika negara-negara yang anti komunis pada akhirnya akan kalah maju, kalah makmur, dan kalah bahagia!

Itu semua sangat mungkin terjadi, kan?

"Kita semua adalah korban."

Gus Dur pernah mengatakan seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun