Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Perempuan-perempuan Bergincu Merah

26 Agustus 2020   20:17 Diperbarui: 27 Agustus 2020   17:18 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan-perempuan bergincu merah.
Berpoles bedak dan gincu merah bergegas pergi menjemput rejeki. Meninggalkan anak, menemani sang tuan menuntaskan kangen dan hasrat bersama kesepian.

Perempuan-perempuan bergincu merah.
Duduk muram di sudut ruang sempit. Pias mukanya. Tangannya memegang erat handphone menunggu telepon berdering. Tapi, hingga usai azan Subuh dilambungkan dari corong masjid, sang tuan tak juga datang.

Perempuan-perempuan bergincu merah.
Pulang usai Subuh - untuk melanjutkan kembali mimpi.

Malam-malam selanjutnya hanyalah repetisi-repetisi yang membosankan. Masa kejayaannya yang dulu mungkin sudah hampir sampai di ujung, atau mungkin sudah lewat. Sepi, gelap, dan muram. Di pintu besi besar berwarna hitam, tempat biasa ia menjemput rejeki, masih ditutup dan ditempeli tulisan besar "DITUTUP SELAMA PANDEMI COVID".

Dunianya sedang mati suri. Sampai kemudian aku datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun