"Kuno. Kurang milenial, pak!" kata Ros tertawa. "Lagu-lagu kekinian bagus-bagus kok. Enak didengar telinga. Iya, kan, Mel?"
Mella, teman akrab Ros, mengangguk pelan. Aku sebenarnya ingin menyanggahnya, tetapi aku tidak mau merusak kahangatan suasana makan malam kami kemarin. Aku tahu, Ros dan Mel adalah anak-anak muda. Itu sebabnya mungkin mereka lebih suka memilih mendengarkan lagu-lagu kekinian, misalnya, lagu-lagu K-POP. Mella memesan cappuccino dan kue pia bertabur almond. Semenit kemudian ia sudah menyeruput cappucino pesanannya itu dengan khusyuk.
Aku hanya memilih teh tawar. Maklum, aku harus sudah mulai menjauhi kolesterol dan minuman manis.
Aku memperhatikan Ros dan Mel yang tengah asyik membaca dan membalas pesan-pesan yang masuk ke gawainya. Wajah kedua perempuan muda itu kadang-kadang tersenyum sendiri. Mungkin mereka baru saja menerima pesan lucu-lucu dari teman-temannya, begitu aku membatin. Di seberang meja, dua teman Ros dan Mel sibuk berfoto-foto. Semua dipotret. Kuenya. Makanannya. Mejanya. Dan, kopinya.
Semenit kemudian, entah bagaimana, aku tiba-tiba ingat Fitri, anak saya yang setahun lagi akan menjadi mahasiswi. Fitri mirip sekali dengan Mel dan Ros. Selalu sibuk dengan gawai. Selalu sibuk membalasi pesan-pesan yang dikirimkan teman-temannya. Gayanya sangat kekinian. Dan, menyenangi lagu-lagu jaman now yang gembira, positif dan semangat..
Mas Baskoro juga serupa dengan Ros dan Mel. Ia dulu pernah 'menyalahkanku' mengapa aku kurang suka mendengarkan lagu-lagu kekinian? Selera musik saya, saya akui, memang tak berubah sejak lama meskipun teknologi sudah berganti-ganti. Tak peduli processor laptop dan presiden sudah beberapa kali berganti. Tak peduli berapa banyak lagu baru yang muncul, lagu-lagu yang kerap saya putar selalu itu-itu saja. Dari dulu.
Ada Don't Forget to Remember Me-nya Bee Gees. Ada Abba. Atau "Give Me More Time"-nya Nicole. Koes Plus. Tetty Kadi. Dan lain-lain.
"Saya memang menyukai momen-momen lama. Tak hanya lagu. Tetapi terhadap apapun," kata saya kepada mas Baskoro. Dulu.
"Apa mas Baskoro tahu sebabnya?"
Sebab mendengarkan lagu-lagu lawas itu seperti membawaku menelusuri kembali semua momen di antara reruntuhan kisah-kisah lama, yang menyenangkan dan menyedihkan.
Mendengarkan lagu-lagu lawas itu, bagi saya, sangat menenangkan.