Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Sebal Kamu Mengeluh!

10 Juli 2020   10:50 Diperbarui: 13 Juli 2020   10:35 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto ilustrasi: www.hrnews.be

Saya yang tadinya agak ragu dengan kalimat-kalimat ajaib itu sekarang sangat meyakini kebenarannya. Ini, setidaknya, karena saya pernah mengalami kesulitan.

Ya. Andai saja saya tak pernah menjalani hidup dengan rupa-rupa cobaan dan kesulitan, mungkin saja saya tak akan pernah tahu bahwa di belakang kesulitan itu memang benar ternyata tersimpan banyak kekuatan. Karena sulit saya menjadi lebih berani, dan lebih kuat.

Jadi, saya coba juga menceritakan kepadanya episod hidupku yang berwarna-warni itu. Saya ceritakan bahwa saya pernah berjualan kue, tidur lebih dari setahun di kantor untuk mengirit ongkos, dan pernah bekerja tanpa memeroleh gaji. Setelah memeroleh gaji, saya lalu nge-kos, tetapi untuk menghemat saya nge-kos di kamar pengap dan sempit. Berbulan-bulan lamanya, setiap hari, saya pernah bekerja hingga larut bahkan kerap diminta masuk pada hari Minggu, dan hanya memeroleh gaji 168.000 sebulan (tahun 1994).

Saya pernah menjadi pelaksana lapangan. Tetapi, sungguh, tak ada bahagia sedikitpun dalam pekerjaanku itu. Saya harus bangun subuh, berangkat kerja sebelum jam 6 pagi, agar tidak terlambat masuk kantor. Kadang saya mengutuki diri sendiri, mengapa saya tak pernah menolak diserahi tugas membawa kunci ruangan pimpinan? Tetapi, sependekseingatku, meski begitu, saya tak pernah mengeluh.  

Jika saya tak pernah mengalami kesulitan, mungkin saya tak akan seberani ketika saya dimintai menandatangani kontrak bekerja di negeri jauh dan meninggalkan Fitri, putriku yang cantik dan pintar.

Apakah teori-teori seperti yang saya baca itu akan berhasil, ketika saya menghadirkan kepada El dan Tyo cerita-cerita inspirasional yang membakari semangat?

Ahh, barangkali saja usahaku tidak berhasil. Sia-sia. Bukankah, apa yang ada dalam imajinasi mereka, hanya uang lah yang menjadi solusi dari segenap solusi? Bukan cerita-cerita yang me-motivasi? Tetapi, setidaknya, kepada mereka, saya sudah melakukan usaha itu, kan?

Sumber foto ilustrasi: www.hrnews.be
Sumber foto ilustrasi: www.hrnews.be

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun