Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maudy, Aku Tak Pernah Membencimu

6 Juni 2020   18:57 Diperbarui: 6 Juni 2020   18:56 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto ilustrasi: www.pexels.com

Aku pernah mendengar suaramu. Yang menyapaku. Delapan bulan yang lalu.

Aku pernah mendengar sapaanmu yang sayup-sayup karena dibisingi suara ban yang berderit-derit melindas aspal.

Aku pernah mencium parfummu, yang dibawa angin malam yang berembus dari setasiun Jatinegara.

Ketika mengenang suaramu menyapaku, aku mendadak ingat Dita, yang meraung meminta ampun di depan banyak preman. Atau barangkali aku ingat teman-temanmu yang terseok menegakkan hidup di jalanan yang dingin.  Suara-suara mereka jelas tak merdu. Sengau. Wajah mereka pias. Mereka hanya bisa berjoget-joget di warung-warung atau di lampu merah mengharap tangan diulurkan. Telanjur dihina. Sama seperti seorang pengamen tua yang kulihat duduk termenung di pojok trotoar memeluk ukulelenya.

Orang-orang sepertimu kerap dijemput nasib untuk bertarung dengan sesama jelata di sudut-sudut kota. Yang kumuh.

Sore masih rintik. Tapi, aku mendadak ingin menjumpaimu. Agar bisa kudengarkan ceritamu yang belum tuntas kau kisahkan. Sebab aku tak pernah membencimu..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun