Seminggu lalu postingan video yang menceritakan tentang kisah pemulung tua bernama Abah Tono yang mengaku hanya mendapatkan penghasilan Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per hari dari hasil pekerjaan memulung sempat ramai diperbincangkan banyak orang dan membuat terenyuh.
Bagaimana tidak terenyuh, sosok Abah Tono yang berkelahiran tahun 1950 ini mengaku hanya mendapatkan uang sebesar Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per hari dari hasil pekerjaan memulung yang dia akui sudah terbilang besar meski, menurutnya, uang sebesar itu tak kan cukup digunakan untuk makan setiap hari.
Dengan penghasilan Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per hari itu, ia mengaku kadang pernah tak makan.
Postingan video tersebut kemudian dijadikan perbincangan netizen dan lantas menjadi viral hingga kemudian bisa mengunggah kepedulian rakyat biasa hingga elit politik.
Postingan video Abah Tono yang viral tersebut pertama kali diketahui dibagikan oleh akun Instagram @salahasahsalahasihsalahasuh, Selasa (5/5/20). Namun kemudian diketahui (ternyata) pengakuan sosok Tono itu palsu. Â
Abah Tono ternyata membohongi publik sebab, menurut Kepala Desa Pangauban Enep Rusna, desa tempat Abah Tono tinggal, Abah Tono ternyata memiliki rumah dua tingkat dan motor.
Lantas, apakah melalui tulisan ini saya akan mengisahkan kembali konten/postingan video Abah Tono tersebut?
Tidak. Sama sekali tidak. Menuliskan artikel tentang video Abah Tono tentu akan menjadi artikel yang tidak menarik.
Melalui tulisan ini saya hanya ingin menulis dan membagikan kepada pembaca K sedikit pengetahuan atau tinjauan science atau latar belakang mengapa banyak orang reflek ingin membagikan kisah haru kehidupan, seperti kisah Abah tono, di media sosial. Dan, lantas kisah itu gampang menjadi viral?
Beberapa peneliti menjelaskan banyaknya orang meminati dan lantas membagi-bagikan kisah haru di media sosial, ditengarai antara lain karena kisah haru cenderung menyentuh sisi emosi seseorang. Menurut mereka, kisah haru yang membangkitkan emosi akan (lebih) mudah diperbicangkan dan lantas menjadi viral dibandingkan kisah yang tidak membangkitkan emosi apa-apa.
Mereka menemukan bahwa otak manusia akan melewati sejumlah proses yang tertentu ketika seseorang sedang membaca sesuatu. Otak akan mengembangkan kemampuan untuk merespon apakah kisah tersebut menarik bagi dirinya, bagi orang lain dan jika kisah itu dibagikan -- apakah ada yang memengaruhi atau meningkatkan hubungan?