Sebuah video pendek, sangat menarik (menurut pendapat saya), menghampiri timeline saya kemarin pagi.Â
Video dari Dr. Robert Lustig, seorang ahli Endokrinologi Pediatrik dari Amerika. Lustig, di videonya itu menjelaskan pandangan menariknya tentang kesenangan dan kebahagiaan.
Menurutnya, kesenangan dan kebahagiaan itu tidak sama. Materi bisa mendatangkan kesenangan, sedangkan kebahagian tidak. Kesenangan itu sementara, sedangkan kebahagiaan itu sebaliknya; langgeng.
Kesenangan adalah fisikal dan sangat emosional, kebahagiaan adalah rohani dan spiritual.
"Menerima itu kesenangan, sedangkan kebahagiaan itu memberi," kata Lustig.
Dalai Lama, seorang spiritual dan guru umat Buddha Tibet, juga memiliki pandangan yang sama menariknya atau serupa dengan Lustig.
Menurut Dalai, kebahagiaan adalah terbebaskannya manusia dari segala belenggu penderitaan.
Dalai, lebih lanjut, mewanti-wanti bahwa kebahagiaan (happiness) itu berbeda dengan kesenangan dan kenikmatan (pleasure). Kebahagiaan adalah abadi dan non fisikal, sementara kenikmatan lebih sering hanya sesaat dan fisikal.
Awalnya, dulu, saya pikir, kebahagiaan adalah "sekadar" manifestasi seberapa besar rasa bersyukur. Demikianlah yang saya yakini sepanjang hidup saya, setidaknya, sampai akhirnya saya bertemu dengan Frans, di sebuah proyek Migas, di kampung yang jauhnya ribuan kilometer dari Jakarta. Sangat kampung sekali...
Frans, karyawan yang bekerja pada Kontraktor itu, membuat saya terpesona oleh kisah-kisahnya.
Frans yang hanya seorang karyawan bagian administrasi, yang bergaji sama dengan buruh pabrik atau UMR, ternyata adalah sarjana teknik nuklir, lulusan universitas sangat bergengsi di negeri ini.Â