Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Anies, Tolong Dengarkan Sedikit Rasa Kesal Saya Sekali Ini Saja

7 November 2019   14:51 Diperbarui: 7 November 2019   15:02 2740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AWALNYA, saya seperti enggan mengulangi menulis dan mengulas proyek pelebaran trotoar di Jakarta yang menuai pro dan kontra itu karena saya berpendapat seberapa banyak kekesalan saya tuliskan (rasanya) tidak bakalan bisa membuat trotoar Jakarta menjadi seperti yang saya "ingini".

Tetapi, karena saya pikir sudah tidak ada lagi cara lain saya meluapkan rasa kesal, saya pun akhirnya memutuskan menuliskannya kembali. Ya, ini adalah tulisan saya yang kedua di Kompasiana tentang proyek pelebaran trotoar di Jakarta.

Sebentar, sebelum melanjutkan menulis, jika saya ditanya; apakah saya setuju dengan proyek revitalisasi trotoar di Jakarta? Ya, saya jawab dengan tegas: SETUJU. Proyek revitalisasi akan membuat wajah kota menjadi kian cantik dan lebih bermartabat. Manusia mana yang tidak menyukainya?  

Tetapi, mengapa saya harus menulis ini? Mengapa saya kesal?

Adalah benar bahwa gagasan dan ide Anies untuk memperlebar trotoar mungkin kelihatan "bagus" dan sangat ideal. Gambar desain trotoar dan pohon-pohonnya yang sedang berbunga yang dipresentasikan dengan software 3D plus animasi bisa tampak sangat indah dipamerkan. 

Tukang-tukang gambar (drafter)  yang bekerja di kantor-kantor konsultan perencana mungkin sangat menikmati pekerjaannya di depan mesin komputer mereka. Mereka merubah lay-out jalan dengan cara menarik-narik garis lurus dan lengkung menggunakan software AutoCAD sambil menyeruputi secangkir kopi favorit dan sepotong roti bertabur kacang almond.

Tetapi, benarkah demikian juga halnya yang terjadi di lapangan (baca: jalanan)?

"Semrawut dan ruwet," kata teman saya.

Ya benar, di lapangan, setidaknya seperti itulah keadaannya. Di jalan Prof. DR. Satrio pagi hari ini dan pagi-pagi sebelumnya, gara-gara proyek trotoar dan box utilitas yang di design/diletakkan di ruang jalan, lalu lintas menjadi macet dan semrawut. Bukan sekadar macet dan semrawut, tanah bekas galian yang dimasukkan karung tampak ditumpuk di sana-sini tidak segera dibersihkan. Lobang-lobang kecil dan besar juga yang tampak menganga "dibiarkan". Sangat menganggu estetika dan pemandangan.   

Coba perhatikan foto di atas itu pak Anies!

Selain tampak semrawut dan merusak pemandangan, lalu lintasnya juga tampak sangat tidak adil. Pada trotoar yang lebarnya melebihi lebar ruang jalan itu tampak nyaris tidak dilalui siapapun. Sangat berbeda sekali dengan ruang jalan di sebelahnya yang penuh sesak dengan kendaraan. Sepeda motor, kendaraan kecil dan besar, dan bis saling berhimpit-himpitan di ruang sempit dan berkejar-kejaran dengan waktu karena ingin cepat sampai tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun