We Are Social dan Hootsuite pernah melakukan penelitian. Dalam laporannya disebutkan bahwa masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang doyan dan gemar mengunjungi media sosial. Tercatat, setidaknya, kini ada sekira 130 juta masyarakat Indonesia, termasuk ada 30 juta anak-anak dan remaja, aktif menjadi konsumen internet.
Tablet, smartphone dan internet kini tumbuh tak terbendung. Informasi baik dan buruk meluber dan merambat kemana-mana melalui media berbasis internet. Â
Banyak pihak mengutarakan pendapatnya tentang manfaat dan kebaikan internet. Tetapi, beberapa diantaranya juga mempertanyakan; apakah manfaat itu sebanding dengan kerusakan yang dihasilkannya?
Sebut saja, misalnya, mengapa kita lebih tertarik, menyukai dan me-like rupa-rupa berita tentang isu-isu yang masih belum benar ketimbang membaca berita ilmu pengetahuan? Hanya satu berita baik kita baca, tetapi dua puluh berita buruk kita lahap.
Karena minimnya kemampuan literasi, setiap informasi akan kita lahap begitu saja, dan tanpa pikir panjang, kita langsung me-share ke puluhan group-group lainnya.
Bagaimana jika informasi itu lalu dibaca anak-anak, karena diantara 130 juta itu adalah anak-anak?
Anak-anak zaman sekarang tak lagi kenal permainan gobag sodor dan jaranan. Yang ada, mereka berteman dengan gawai hingga gim yang ada di telepon pintar mereka.
Selain tak lagi mau memainkan dolanan dan mendengarkan dongeng dari nenek, kehidupan sehari-hari anak-anak termasuk remaja sangat padat seperti pekerja kantoran. Maka, sedikit atau banyak, mereka pasti akan ikut mengkonsumsi segala informasi di internet.
Adalah realitas yang muskil disanggah, bahwa bagaimana anak-anak dan remaja itu menyerap dan menyimpulkan beragam informasi (dan tentu saja kualitas) melalui apa yang mereka baca, lihat, dan amati di internet sangat akan memengaruhi persepsi mereka terhadap sesuatu.
Persepi itu ada karena kemampuan kognitif anak memproses informasi yang dibaca, lalu mereka membuat penilaian dan mengamati sebelum menyimpulkan dan memutuskan apa yang hendak dilakukan.
Di zaman yang serba terbuka ini, maka tentu yang patut kita perhatikan adalah anak-anak dan remaja yang mengkonsumsi informasi atau propaganda negatif.Â