Awalnya, saya pikir, berita-berita perang (dagang) Amerika-China bakal gegap gempita dan akan ramai diberitakan koran.
Perang (dagang) Amerika-China sudah dimulai. Trump menggertak China dengan tarif masuk 25% untuk sejumlah barang yang dijual di negaranya.
Bagi saya, ini bukan lah sembarang perang. Hasil perang disebut-sebut bakal memengaruhi nasib puluhan ribu perusahaan China dengan ratusan ribu pekerjanya. Ini juga urusan soal duit USD 200 miliar. Sekedar informasi saja, agar kita bisa membayangkan betapa besarnya nilai perang itu; nilai APBN 2018 Indonesia "tidak sampai" USD 160 milyar (kurs 14.500 per 1 USD).
Alih-alih melunak, China ternyata tidak gentar. Xi Jinping membalas dan akan menerapkan kebijakan yang sama atas barang Amerika yang dijual di negeri tirai bambu. Sebentar lagi, media pasti akan ramai memberitakan perang ini.
Namun, ternyata, dugaan saya salah. Sudah seminggu lebih media di China tidak memampang berita tentang perang (dagang). Tak ada lagi judul berita provokasi. Artikel atau ulasan di pojok koran yang bisa membuat darah Trump menaik juga menghilang. Sepi.
Menarik perhatian saya; mengapa media tiba-tiba senyap?
Setelah selesai membaca-baca banyak halaman koran dan media, saya baru tahu penyebabnya. Ternyata, pemerintah China memang melarang media memuat berita tentang perang itu. Ini adalah sisi lain perang (dagang) yang menarik, yang memicu saya semakin ingin tahu tentang kontrol media di China.
Saya perbanyak membaca. Dari banyak informasi yang berlimpah di media, saya menjadi semakin tahu. Bahwa, ternyata di China, media dapat dikatakan sebagai "perangkat" milik pemerintah. Artinya, tulisan-tulisan di media disana sebagian besar adalah cermin, wakil dan representasi kebijakan dan sikap pemerintah.
Bagi China sendiri, mengontrol media adalah pekerjaan "sangat" mudah. Cukup hanya dengan instruksi. Dan ... semua akan beres. Bagi mereka, kepentingan negara adalah segala-galanya.
Sistem kontrol terhadap media seperti ini, bagi China, adalah sistem kontrol paling cocok untuk negaranya. Maka, karena sistem kontrol seperti ini pula, kita bisa melihat sendiri seperti apa China hari ini. Kita hampir tidak pernah melihat China yang riuh.
Saya meyakini, meski bukan satu-satunya sebab, tetapi dukungan media yang seperti ini pasti ikut memberikan andil yang tidak sedikit dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang gila-gilaan. Semua bisa dikebut tanpa gangguan berarti. Hampir semua negara mengagumi pertumbuhan ekonomi China yang menjadi nomer satu sedunia. Apa yang bakal terjadi jika pemerintah China tidak bisa mengontrol media?