Mohon tunggu...
Taufiqurrahman Ar
Taufiqurrahman Ar Mohon Tunggu... lainnya -

lahir dio sumebep pada tanggal 19 Juli 1995

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi "Play Boy"

21 Juni 2012   02:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seperti biasa, malam itu saya bersama tiga orang teman sekamarku melakukan bincang-bincang santai tentang apa saja yang dirasa menarik untuk diperbincangkan. Mulai dari masalah pribadi masing-masing, semisal pacarnya yang diambil orang lain, hingga masalah-maslah akut yang terjadi saat ini, seprti penyelesaian kasus korupsi yang tak kunjung ketemu titik akhirnya, lemahnya penegakan hukum di negeri tercinta kita ini, Indonesia, yang konon merupakan negara hukum,atau hal-hal lain yang berbau keilmuan yang menjadikan bincang-bincang kami hangat sehangat kopi yang selalu menemani setiap canda tawa kami. Ya, kami mermang sengaja membuat forum ini tak pernah lepas dari kopi sehingga kemudian lahir sebuah nama, Forkop (Forum Kopi).

Forkop ini biasa kami adakan tiap malam di kamar kami, bilik A/03 Holy Palace Bella Abetu PPA. Lubangsa, dengan durasi waktu yang cukup lama, yakni mulai jam 22.00-01.00 WIB. Heh…busyettt! Ya, forum ini memang berjalan sampai larut malam karena ada banyak hal yang kami diskusikan dalam forum ini. Tapi, tiba-tiba malam itu, tiga temanku itu memilih untuk mengakhiri forum pada jam 23.30 WIB. karena berhubung ada ritual semacam do’a bersama yang biasa kami sebut dengan Gerbath (Gerakan Bathin) dalam rangka menyambut tantangan besar yang akan menentukan nasib mereka ke depan, yaitu UN (Ujian Nasional).

Saya pun menuruti kemauan mereka untuk mengakhiri forum pada jam 23.30 WIB. karena memang alasan mereka dapat diterima oleh akal. Tapi kemudian muncul beberapa pertanyaan yang menyasaki otak saya. Kenapa hal itu baru mereka lakukan ketika mereka sedang kepepet dan musuh sudah ada di depan mata? Bukankah seharusnya, sebagai seorang muslim, doa itu dilakuakn setiap saat? Mengapa baru saat ini mereka berdoa meminta pertolongan yang Maha Kuasa, sedang mulai kemarin, ketika ujian dan cobaan tak tampak di depan mata, mereka lupa diri bahwa sebenarnya mereka punyak Tuhan yang berkuasa bagi seluruh alam? Apakah mereka hanya ingat Tuhan ketika mereka merasa butuh pada-Nya dan sudah ada maunya, lalu, setelah itu lupa lagi?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berdesak-desakan muncul dalam benak saya hingga akhirnya membuat saya tidak bisa tidur malam itu. Saya mencoba merangkum semua pertanyaan-pertanyaan tersebut dan berusaha menjawabnya dalam satu jawaban yang akan melahirkan satu kesimpulan pasti. Tapi dalam hal ini saya tidak ingin terjebak pada hipotesis iblis yang justru akan melahirkan praduga-praduga tidak baik atau bahkan klaim buruk pada mereka. Saya terus membiarkan pikiranku ngelantur kemana-mana dan terlibat dalam sebuah kontemplasi besar malam itu. Namun, tiba-tiba otak menegur diriku dengan rasionalismenya,”lha, kenapa kau ini mikirin orang lain sampai nggak bisa tidur? Ah, betapa bodohnya dirimu!”. Lalu nurani menjawab “Tidak! Engkau tidak bodoh. Sebab hal itu juga terjadi pada dirimu”. Saya tertegun sejenak, memikirkan apa yang dikatakan oleh nurani. “Bahkan kebanyakan manusia juga seperti itu”.Lanjut nurani.

Perasaan saya menjadi galau, tak tahu apa yang harus sayalakukan saat itu. Sementara otak saya tetap mengutuk diri ini sebagai orang yang bodoh. Saya mencoba berpikir sekali lagi, dan ternyata apa yang dikatakan oleh nurani itu benar. Kita beribadah, berdoa, dan mengabdi pada Tuhan, terkadang semata-mata hanya karena kepentingan pragmatis dan materialistis yang sifatnya hanya sesaat. Sehingga “pengakuan” dan penghambaan kita pada-Nya juga akan bersifat sesaat dan “musiman”, dan akan segera hilang ketika apa yang kita inginkan sudah tercapai. Lalu, setelah itu kita menjauh dari-Nya dan kembali “menuhankan” dunia. Dan apabila keadaan mulai genting lagi atau sedang mengalami kesulitan, kita akan kembali mendekat pada-Nya dan meminta pertolongan serta kemurahan-Nya.

Ya, seperti itulah manusia pada Tuhannya, tak ubahnya seorang laki-laki playboy yang suka berbuat gombal pada ceweknya. Seorang cowok playboy, biasanya, memiliki dua cewek atau bahkan lebih dariitu. Pada saat keadaan dirasa lebih nyaman bersama cewek yang pertama, ia akan selalu bersamanya. Namun apabila pada cewek yang pertama ia sudah tidak bisa lagi bersenang-senang, berfoya-foya serta mendapatkakn apa yang ia inginkan, ia akan datang pada cewek yang kedua dengan rayuan gombalnya. Begitu seterusnya. Ia tidak pernah setia pada satu cewek sebagai pasangannya.

Begitu pula manusia pada Tuhannya, tak pernah setia dalam semua keadaannya. Ia hanya bisa setia pada-Nya pada saat-saat tertentu dan akan berpaling dari-Nya pada saat yang lain. Setia, dalam arti istiqamah menghamba dan mangabdi sekalipun pada saat ia merasa “tidak butuh” pada-Nya. Dan hanya manusia yang suci hatinya dan tidak tertipu oleh kerlap-kerlip dunia yang bisa setia pada Tuhannya.

Sebab, manusia pada hakikatnya telah berikrar pada Tuhan untuk selalu setia mengabdi dan menghamba kepada-Nya. Namun setelah ia melihat pernak-pernik dunia yang menipu, ikrar suci itu menjadi ternodai bahkan diingkari. Ikrar suci yang telah diingkari itu akan membuatnya tak bisa menemukan kenikmatan dan kesenangan hidup di dunia ataupun di akhirat kelak. Sebab segala upaya dan tindakan akan selalu bermuara pada penyesalan. Selebihnya, manusia yang tak setia pada Tuhannya ini hanyalah budak dunia yang tidak bisa membebaskan dirinya dari kekhawatiran dan ketakutan.

Dengan demikian, mari kita bebaskan diri kita dari belenggu dunia yang menipu dengan selalu setia mengabdi dan menghamba kepada satu tuhan, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Penyayang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun