Mohon tunggu...
Taufik Widiarto
Taufik Widiarto Mohon Tunggu... -

Belum nulis ntar aja ya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anonything “Jangan Bertanya Siapa Aku”

2 Agustus 2010   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PLAK…..Bug….Bug…Bug…

Debupun berterbangan mengiasi panasnya terik matahari. Beginilah siksaan yang aku rasakan setiap hari minggu, setelah aku dijemur bak pakaian seharian. Inginku menangis, tapi aku tidak punya air mata. Ingin Berteriak tapi tidak punya mulut. Aku hanya diam pasrah menghadapi siksaan hari minggu itu. Surti, begitulah aku menyebut orang yang setiap saat menyiksa aku dengan dalih untuk membersihkan aku, tetapi dia tidak tahu perih yang aku rasakan. Belaian Surti yang dulu aku rasakan sekarang berubah sejak dia menikah dengan Tedjo. Dulu aku disayang olehnya, tapi sekarang aku hanya bisa disiksa……………………..

Setiap malam aku ditiduri oleh Surti dan Tedjo sampai mereka puas, meskipun aku bukan homo, dan aku bukan Lesbi. Aku tidak bisa mengatakan aku suka laki-laki atau perempuan. Setiap Surti dan Tedjo bersenang-senang didekatku, aku hanya diam terpaku dengan tatapan kosong. Semakin disingkirkan dan disiksa…………

Sakit,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Perih,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Tidak ada satupun orang yang mampu memahamiku………….

Hari terus berlalu. Jam, menit dan detikpun terus berlari tidak mau ketinggalan dengan hari. Tak terasa Surti dan Tedjo mempunyaiseorang anak perempuan yang bernama Srakira. Penyiksaanku semakin menjadi-jadi. Setiap Srakira ngompol ketika bersamaku, tanpa ampun Surti menjemurku dibawah terik matahari seharian tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku, dan terakhir tentu saja aku digebukin habis-habisan, dan ini terjadi hampir setiap hari.

Plak…….Bug…bug…..bug

Penderitaanku tidak sendiri. Aku masih punya teman yaitu si gendut dan si lonjong. Meraka tidak begitu mengalami kepedihan seperti yang kurasakan tapi aku tetap bersyukur mempunyai tempat berbagi cerita.

Brak………Brak………Krek……..

Suatu hari ketika Srakira sudah masuk SD, aku mengalami kecelakaan luar biasa ketika bersama Srakira. Aku tidak menyangka Srakira yang sedang mainan pisau, tidak sengaja merobek badanku, hingga organku keluar. Srakira menangis, Surtipun menenangkan Srakira agar tenang tanpa memperhatikan aku, meskipun badanku telah sobek dan terlihat organku. Beberapa saat kemudian, Surtipun akhirnya menyadarinya dan segera membawaku ke dokter yang khusus menanganiku. Aku menginap semalam dirumah dokter itu dan mendapatkan 532 jahitan di sekujur badanku.

Mujur………………

Sekian lama aku bersama keluarga mereka, tak terasa aku sudah tua. Badanku sudak kempes dan tidak empuk lagi. Aku sdar, inilah saatnya aku disisihkan dan dibuang entah kemana. Sekarang aku sudah tidak bersama keluarga mereka, dan berada di suatu tempat yang tidak aku ketahui. Aku juga tidak tahu Si gendut dan si lonjong berada dimana. Sekarang aku menikmati masa tuaku sendirian,……,….. Beginilah kisah hidupku sebagai kasur yang memberikan kenyamanan bagi para manusia yang memanfaatkanu bersama silonjong guling dan si gemuk bantal.

Kawan, dari cerita diatas dapat kita ambil sebuah hikmah yang akupun gak tau hehehe…… (Tulisan ini dibuat ketika tengah malam dan tidak bisa tidur, jadi harap maklum ceritanya ngelantur kemana-mana)

dari blog pribadiku, http://www.taufikwidiarto.blogspot.com dan http://www.kurocepat.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun