Presiden Jokowi telah resmi memutuskan naiknya harga bahan bakar minyak (bbm) untuk jenis premium menjadi Rp. 8.500 dan solar Rp. 7.500 serta minyak tanah Rp. 2.500. Yang menjadi kekhawatiran adalah efek naiknya harga bbm ini akan menjadi bola liar seperti efek domino terhadap aspek yang lainnya seperti tarif dasar listrik, air, sembako, transportasi dan ini jika dikalkulasikan menyebabkan kenaikan berlipat-lipat dari naiknya harga bbm itu sendiri.
BBM naik alhamdulillah, tentunya hanya berlaku bagi pemerintah dengan alasan cadangan devisa yang sudah menipis dan subsidi bbm yang tidak tepat. Selain itu tujuan dinaikkannya bbm ini untuk diarahkan kepada hal yang produktif di bidang pendidikan dan kesehatan. Sebenarnya kalau mau jujur letak permasalahannya di bidang subdisi yang tidak tepat. Seharusnya ada regulasi yang dibuat agar bagaimana subsidi bbm ini menjadi tepat bukan malah mencabut subsidi itu sendiri.
BBM naik yang pasti na'uzubillah bagi wong cilik yang selama ini berharap besar kepada Bapak Presiden Jokowi untuk memperbaiki nasib mereka. Tapi janji tinggal janji Presiden Jokowi tidak punya solusi yang berarti, apalagi di saat harga minyak dunia mengalami penurunan pada titik yang terendah. Belum genap sebulan pun dia memerintah sudah membuat resah dan gelisah dan pada akhirnya masyarakat juga lah yang berkeluh kesah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H