[caption id="attachment_195564" align="alignnone" width="640" caption="Porta Negra"][/caption]
Banyak jalan menuju Roma, demikian juga banyak jalan menuju Trier, kota paling tua di Jerman yang sudah ada sejak 16 SM dan merupakan kota romawi paling penting di utara setelah Roma sendiri. Salah satu jalan paling singkat menuju Trier adalah melalui Luxemburg yang dapat ditempuh dengan Kereta Api CFL selama lebihkurang 51 menit. Harga tiket pulang pergi pun hanya 8.40 Euro.
Trier memang tidak terlalu dikenal sebagai kota wisata, apalagi bila mendengar negeri Jerman, yang dibayangkan pasti kota-kota besar seperti Berlin, Frankfurt ataupun Hamburg, Bonn, dan Munich. Namun kota ini ternyata menyimpan sejarah yang panjang. Menurut cerita kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan Romawi dan sampai saat ini merupakan satu-satunya kota di Jerman yang masih menyisakan peninggalan Romawi. Selain itu Trier juga merupakan kota kelahiran Karl Marx, yang merupakan pencetus Manifesto Komunis dan sempat mengubah wajah dunia terutama pada abad ke 20.
[caption id="attachment_195565" align="alignnone" width="640" caption="Gare de Louxembourg"]
Hari ini adalah hari terakhir kunjungan saya selama kurang lebih seminggu di Luxemburg sebelum rencana melanjutkan perjalanan ke Brussel di sore hari dengan Kereta Api. Untuk itu pukul 9 pagi yang masih dingin sayamenyusuri jalan utama yang menuju ke Gare de Luxemburg atau Bahnhof Luxemburg . Di depan gedung tua yang mula-mula dibangun pada 1859 sebagai stasiun dan kemudian dibangun dengan bentuknya saat ini di awal abad ke 20 itu saya mulai mencari informasi tentang tiket ke Brussel. Setelah mendapatkan info bahwa tiket ke Brussel dapat langsung dibeli sebelum berangkat dan kereta berangkat hampir tiap setengah jam maka saya mulai memikirkan apa yang akan dilakukan sambil menunggu waktu sore.
Di jadwal keberangkatan ternyata dapat juga dilihat banyak kereta dengan tujuan Trier, sehingga saya kembali ke loket dan bertanya tentang harga sekaligus memintajadwal lengkap. Ternyata petugas loket berbicara dengan bahasa Jerman sehingga akhirnya tiket pulang balik Luxemburg Trier Luxembourg untuk heute (hari ini) pun berpindah tangan dengan membayar 8.40 Euro. Demikianlah saya memulai perjalanan setengah hari lebih mengunjungi negeri Jerman dari perbatasan Luxemburg.
Setelah melewati Kota kecil Wasserbilig, Kereta api CFL (Chemins de Fers Luxemburgois) atau PJKA-nya Luxemburgterasa sudah mendekati kota Trier setelah menyusuri sungai Mosel menembus perbatasan Luxemburg Jerman ke arah timur. Sungai Mosel ini juga mengalir bahkan sampai ke Metz di Perancis. Terasa perbedaan yang cukup drastis antara Luxemburg dimana kita lebih sering mendengar bahasa Perancis dibandingkan dengan Trier yang memang benar-benar Jerman. Bila di Luxemburg petugas pemeriksa karcisselalu menegur saya dengan panggilan Monsieur. Maka setibanya di Trier pengumuman menggunakan Meine Damen und Herren.
Kereta berhenti di lintasan no 10 dan semua penumpang pun bergegas turun. Sementara saya hanya terbawa arus sampai keluar peron dan akhirnya terdampar di semacam kios penjual buku, koran, majalah dan makanan kecil. Terdapat beberapa kartu pos yang juga kebetulan dijual. Saya pun membeli dua lembar kartu pos seharga 70 sen Euro . Kebetulan di Kartu Pos tersebut terdapat bangunan batu dengan tulisan Porta Nigra. Sambil tersenyum dan membayar saya pun bertanya kepada penjual Wo ist die Porta Nigra? Dia tersenyum dan berkata bahwa saya dapat naik bus dengan ongkos 1.50 Euro atau pun hanya dengan berjalan kaki melalui jalan di depan stasiun yang namanya Bahnhofstrasse.
[caption id="attachment_195568" align="alignnone" width="480" caption="Sebuah relief di Porta Nigra"]
PortaNigra
Setelah berjalan kira-kira 400 meter melalui Banhofstrasse kita akan sampai di perempatan jalan dimana terdapat Hotel Mercure dan casino.(Spielbank). Di seberang jalandi sebelah kiri kita tidak dapat melewatkan bangunan peninggalan Romawi yang sangat terkenal yaitu Porta Nigra... Bangunan batu bewarna kehitama-hitaman dan berlantai tiga ini menjadi ikon wisata kota Trier.Di dekat Porta Nigra terdapat Pusat informasi wisata kota Trier dimana kita dapat meminta peta kota dengan gratis dan juga membeli souvenir. Dengan bekal peta gratis ini saya dapat mengetahui bahwa di kota ini terdapat juga rumah Karl Marx dan petugas dengan ramah memberikan rute yang harus saya ambil dengan berjalan kaki. Kota Trier memang sangat ramah dengan pejalan kaki karena jalan-jalan yang akan saya lalui memang bebas kendaraan bermotor kecuali semacam kereta wisata yang namanya Roman Train Express.
Di samping Porta Nigra juga terdapat Museum Kota Trier. Untuk masuk ke Porta Nigra kita harus membeli tiket seharga 2.10 Euro atau tiket kombinasi dengan museum seharga 6 Euro.. Setelah itu kita akan melalui pintu otomatis yang hanya dapat dibuka secara elektronik dengan menempelkan barcode yang ada di tiket kita. Pemandangan pertama yang kita lihat adalah lantai dasar yang agak gelap dengan beberapa foto Porta Negra di abad-abad yang lampau dimana sempat juga berfungsi sebagai gereja St Simeon selama lebih 8 abad.
Porta Nigra atau Pintu Hitam dulunya merupakan salah satu pintu gerbang kota Trier yang menjaga kota di sebelah utara. Selain itu terdapat Porta Alba (Pintu Putih), di sebelah timur, Porta Media (pintu Tengah) di selatandan Porta Inclyta (Pintu Terkenal) di sebelah barat. Untuk naik ke lantai satu dua dan tiga terdapat tangga batu yang berputar. Dari lantai paling atasini kita dapat melihat seantero pemadangan kota Trier yang indah. Bagi yang berminta mengenal sejarah Porta Nigra dapat ikut tur dengan pemandu berpakaian centurion (khas prajurit Romawi) yang bertema The secrets of Porta Nigra. Dengan caranya yang kadang-kadang penuh humor, menghibur, dan bahkan menyeramkan sang centurion akan membawa kita ke dalam perjalanan menembus dinding waktu. Kembali ke jaman Romawi dan berceita tentangrahasia dibalik didning Porta Nigra,. Semua tokoh baik para kaisar, ksatria, uskup, orang barbar seakan-akan hidup kembali di sekeliling kita. Sebuah perjalanan menembus waktu untuk menguak rahasia Porta Nigra dan misteri yang meliputinya.
[caption id="attachment_195569" align="alignnone" width="640" caption="Trier Information"]
Trier dalam lintasan sejarah
Pada tiket masuk itu tertera tulisan ‘ Wir wünschen Ihnen einen angenehmen Aufenthalt in Trier,Deutschland ältester Stadt ‘yang kira –kira artinya Kami mengucapkanselamat menikmati kunjungan anda di Trier, Kota paling tua di Jerman.Dari tiket inilah kemudian saya tau bahwa Trier adalah kota tertua di Jerman.
Salah satu bukti yang menyatakan bahwa Trier adalah kota tertua di Jerman adalah suatu tulisan di “Rumah Merah” yang ada di HauptMark atau Main Market atau Pasar Utama kota Trier. Tulisan itu berkata Trier sudah ada tiga ratus tahun sebelum Roma.
Menurut sejarah Kaisar Augustus menaklukan daerah ini dan mendirikan benteng yang disebut "augusta treverorum" (Kota Augustus di negri treveri) . Kota ini juga disebut sebagaitréves dalam Bahasa Perancis. Pada abad ke tiga , Kaisar Romawi Diocletian menunjuk Trier sebagai ibukota Romawi di sebelah barat. Setelah berkali-kali berpindah tangan maka sejak 1945 Trier menjadi bagian Republik Federasi Jerman.
Setelah puas menikmati Porta Nigra, maka kita dapat berjalan kaki saja menyusuri Simeonstrasse.Di sebelah kiri jalan terdapat Rumah tiga cermin. (Dreikonigen Hause). yang dibangun pada abad ke 13. .Selain itu juga terdapat beberapa tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi di antaranya Spielzig Museum atau Museum Mainan.
[caption id="attachment_195571" align="alignnone" width="640" caption="Rumah Karl Marx"]
Rumah Karl Marx.
Rumah tempat Karl Mark dilahirkan pada 1818 ini terdapat di Brucke Starsse no 10, sekarang dijadikan museum tempat kita dapat menikmati semua pameran dengan disertai bantuan audio yang dapat kita pilih dalam beberpa bahasa.. Rumah ini sendiri baru diketahui sebagai tempat kelahiran Marx pada 1904 ketika Sozialdemokratische Partei Deutschlands ( SPD Partai Sosisal Demokrat Jerman) berusaha membeli rumah tersebut. Rumah ini akhir berhasil dibeli SPD pada1928. Mulai dijadikan museum pada 1947.
Menurut brosur yang ada di Museum ini, rumah Karl Marx ini pertama kali dibangun pada 1727 sebagai bangunan tempat tinggak bergaya Baroque. Pada 1930/31 arsitel Gustav Kasel menrenovasi rumah ini dilengkapi dengan taman bergaya Perancis yang masih dapat kita nikmati sampai saat ini. Semenjak 1968 rumah ini diserahkan kepada Yayasan Friedrich Ebert.
Memasuki rumah ini kita akan disambut oleh penjaga wanita setengah baya yang tampak segar dengan blazer merah menyala yang dengan ramah menyapa dalam Bahasa Jerman : Guten Tag.Guten Tag, saya pun membalas dengan yakin dan dengan sisa-sisa bahasa Jerman yang pernah saya pelajari di Goethe Institut di akhir tahun 80an.. Drei Euro, demikian tukas sang penjaga ketiga saya bertanya berapa harga tiket masuk. Setelah memberikan tiket dia bertanya lagi bahasa apa yang saya suka untuk petunjuk audio yang akan menjelaskan tentang isi museum itu. Deutsch oder andere sprachen? Dia bertanya… Akhirnya sambil tersenyum saya menjawab Englisch… Akhirnya sambil tersenyum manis sekali dia memberikan alat yang bisa berbicara dengan menekan nomor kode pada saat kita menikmati display di museum.
Memasuki museum , kita tidak dapat menghindari kesan “Kubus Abu-abu”, yang merupakan kotak bujur sangkar diputar 10 derajat utuk menciptakan ruangan di dalam ruangan sekaligus menimbulkan tanda Tanya yang tidak pernah terjawab sebagai analogi dari arti hidup Karl Marx sendiri.
Di lantai satu, dipamerkan kisah mengenai masa kecil, masa muda, dan pendidikan Karl Marx., termasuk ikatan pertunangannya dengan Jenni von Westphalen. Kemudian kisah hidup Marx dilanjutkan dengan cerita Marx sebagai jurnalis muda dan pengembaraan pemikiran sebagai filsuf politik dan persahabatan seumur hidupnya dengan Fredriech Engels. Revolusi pada 1848 juga merupakan salah satu momen terpenting dalam kehidupan Marx yang dilanjutkan dengan hidup dalam pengasingan di London.
Tema sentral dari kehidupan Marx adalah ekonomi politik . Hubungannya dengan gerakan buruh ditunjukan dalam suatu ruangan yang dengan jelas memamerkan peran aktifnya dalam IAA (Internationale Arbeiter Assoziation) atau Asosiasi Pekerja Internasional.
Di Lantai dua, kita dapat saksikan pengaruh pemikiran Marx terhadap perkembangan politik di dunia dengan tema sentral terpecahnya gerakan buruh selama perang dunia pertama dan setelah revolusi Rusia.. Setelah itu dapat juga dilihat perubahan dunia setelah perang dunia kedua sampai runtuhnya tembok Berlin pada 1989. Tidaklah salah kalau Karl Marx , dengan pemikirannya termasuk salah satu dari orang-orang yang mengubah sejarah dunia.
Namun di Karl-Marx Hause ini pula dapat kita pelajari sisi lain dari kehidupan Marx. Salah satunya yang cukup menarik adalahlah kehidupan keluarganya yang tragis , sama tragis dengan ajarannya sendiri. Dari perkawinannya dengan Jenni Von Westphalen Marx mendapatkan 7 anak dimana 4 meninggal semasa kecil (satu darinya bahkan meninggal sebelum diberi nama) . Dari 3 anak perempuan yang hidup sampai dewasa, dua di antaranya yaitu Jenni Caroline, Jeni Laura bahkan meninggal dengan cara bunuh diri. Hanya Eleanor lah , putri satu-satunya yang hidup untuk menghadiri pemakaman Marx di London pada Maret 1883.
[caption id="attachment_195574" align="alignnone" width="360" caption="Patung di dalam rumah Karl Marx"]
Mengunjungi Museum ini kita juga banyak menyaksikan nukilan pemikiran Marx yang pamerkan dalam Bahasa Jerman dan tentu saja bukunya yang terkenal Das Kapital. Dari sini juga baru diketahui bahwa buku Das Kapital yang termasuk salah satu buku yang megubah dunia itu jilid 2 dan 3 nya baru diterbitkan setelah Marx meninggal atas bantuan Engels..
Setelah puas berkeliling sambil sedikit termenung, sebelum meninggalkan museum kita dapat berbelanja di Toko Museum yang menjual barang-barang yang berhubungan dengan Marx, selain foto, patung dada dan T shirt juga buku Das Kapita asli dalam bahasa Jerman.. Dengan mengucapkan Aufwiedersehen kembali sang penjaga tersenyum manis ketika saya menegmbalikan alat audio dan perlahan-lahan melangkah keluar meninggalkan museum.
Aufwiedersehen Trier
Setelah itu saya kembali menyusuri Fleischstrasse dan tiba di Haupt Mark. Sebelum menuju Simeonstrasse tidak terasa kaki melangkah belok ke kanan melewati Sternstrasse dan meyebrang ke Liebfrauenstrasse tibalah saya di bangunan katedral yang mungkin terbesar di Trier.Inilah bangunan yang disebut Dom, atau Katedral yang merupakan bangunan gereja dimana dalamnya disimpanpakaian yang dianggap pernah dipakai Yesus pada saat sebelum disalibkan.
Dalam perjalanan ini saya bertemu dengan rentetan kereta dengan roda mobil yang disebut Roman Train Express berisi rombongan turis. Rupanya ini merupakan cara alternatif berkeliling Trier yang dapat dinikmati dengan 7 Euro. Tentu saja berjalan kaki lebih sehat dan ekonomis.
Karena itu saya kembali meyuursi Simeonstarsse menujua Porta negra, Bahnfoffstrasse dan akhirnya menuju Trier Haupt Bahnhof untuk menunggu CFL yang akan membawa saya kembali ke Luxemburg. Suatu perjalanan setengah hari menembus ruang waktu lebih dari dua milenia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H