Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Setengah Hari di DMZ , Mengenang Tragedi Bangsa Korea yang Terpecah

30 Juni 2011   04:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:03 2588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_195579" align="alignnone" width="360" caption="Antara Seoul dan Pyongyang"][/caption]

Kalau kita berkunjung ke Seoul, ibu kota Korea Selatan, maka janganlah lupa berkunjung ke DMZ. Sampai saat ini Korea masih merupakan satu-satunya negara yang terbelah dua dipisahkan oleh garis lintang 38 derajat yang diciptakan pada 1953 sekaligus menyatakan gencatan senjata  yang secara tidak resmi mengakhiri perang Korea. Saat ini perbatasan ini menjadi obyek wisata utama kalau kita berkunjung ke Korea. Daerah ini disebut DMZ atau demilitarized Zone 한반도비무장지(han ban do bi mu jang dae) memisahkan semenanjung korea menjadi dua Negara , sekaligus memisahkan keluarga , famili dan kerabat. Korea Utara dengan Ibu kota Pyong Yang dan Korea Selatan dengan Ibukota Seoul secara teknis masih terus berperang hingga saat ini. Dan rekaman sejarah serta segala harapan bangsa Korea itu dapat kita saksikan secara langsung di DMZ.. Menurut brosur wisata, DMZ merupakan perbatasan yang paling ketat dijaga di muka bumi ini . Setelah berkunjung kesini kita juga baru tahu bahwa DMZ sendiri bukan merupakan garis lurus pada 38 derajat lintang utara tetapi garis sedikit melengkung sepanjang sekitar 204 km yang mengikat "pinggang" semenanjung korea . Dan garis ini mengikuti Imjingang Atau Sungai Imjin. [caption id="attachment_195580" align="alignnone" width="640" caption="DMZ"]

1342924478122126336
1342924478122126336
[/caption] Pemesananan di muka Untuk ikut tur ke DMZ ada beberapa persyaratan yang mungkin tidak sama dengan tur ke obyek wisata lainnya , di antaranya kita harus membawa paspor karena akan ada pemeriksaan oleh tentara Korea Selatan saat memasuki dan meninggalkan DMZ. Selain itu data kita harus diserahkan  paling tidak 24 jam sebelum tur dimulai. Tur dimulai tepat pukul 8 pagi ketika pemandu wisata saya sebuat saja Bang Syo Hoon seorang gadis korea dengan bahasa inggris yang sangat baik telah menunggu di lobby hotel dan sebuah mini bus dengan pengemudi wanita setengah baya dan tiga orang turis lain telah menanti di dalam bus. Tidak lama kemudian bus segera meluncur melalui jalan bebas hambatan terus ke utara menuju perbatasan ke tempat yang disebut Imjingak Park. Ternyata jalan menuju perbatasan ini disebut sebgain Freedom Highway. [caption id="attachment_126631" align="aligncenter" width="640" caption="Imjingak"][/caption] Imjin Gak Park Tempat pertama yang kita kunjungi dimana terdapat loket untuk membeli tiket masuk untuk berkunjung ke DMZ. Bus wisata kita hanya mengantar kita kesini dimana selanjutnya untuk berkunjung ke DMZ kita harus naik bus khusus yang telah memiliki jadwal khusus pula.  Pada loket terdapat harga tiket dan jadwal bus khusus DMZ tadi. Rombongan kami yang terdiri dari satu pemandu wisata dan 4 turis, yaitu saya dan  sepasang suami istri dari Selandia Baru dan Seorang Turis berumur 50 tahunan dari Hungaria akan naik bus jam 9.20, Kami memiliki waktu sekitar 30 menit untuk berkelililing di Imjingak Park. Imjingak sendiri merupakan tempat wisata yang dikembangkan setelah kedua Korea menyatakan keingin untuk berdamai atau semacam Joint Statement pada 1972. Tempat ini merupakan tempat dimana terpateri rasa pedih akibat Perang Korea . Kesedihan dan rasa duka akibat perang yang dimulai pada 25 Juni 1950 masih dapat dirasakan disini melalui beberapa benda-benda yang tersisa dan dipamerkan. Jutaan turis dan juga orang Korea datang kesini setiap tahun sambil berdoa dan berharap akan bersatunya kembali bangsa ini. Di sini terdapat sebuah pavilion dimana kita dapat membeli souvenir ataupun minuman ringan sebelum memulai perjalanan di Imjingak dan DMZ. . [caption id="attachment_126635" align="aligncenter" width="640" caption="Freedom Bridge"][/caption] Bridge of Freedom Setelah turun dari bus kami diatarkan oleh pemandu wisata menuju Freedom Bridge Tempat ini merupakan sebuah jembatan yang di sisi utaranya tertutup pagar karena sudah merupakan bagian DMZ .Di ujung jembatan ada dua bendera korea selatan dan banyak tulisan yang ditempelkan dalam bahasa korea. Menurut pemandu ini merupakan "wish list" atau harapan rakyat Korea agar kedua negara dapat bersatu kembali.  Jembatan ini khusus dibangun untuk membebaskan 12.773 tahanan perang pada 1953. Tahanan tadi menuju jembatan ini dengan mobil dan kemudian menyebrang dengan jalan kaki menuju kebebasan . Itulah sebabnya jembatan ini kemudian disebut Bridge of freedom. [caption id="attachment_126634" align="aligncenter" width="640" caption="Genta Perdamaian"][/caption] Genta Perdamaian Masih dalam Imjingalk Park ini terdapat semacam pavilion beraritektur khas Korea dimana didalamnya terdapat sebuah genta raksasa yang disebut bell of peace. Paviliun ini dibangun pada pergantian millennium dan dibuat untuk melambangkan perdamaian umat manusia dan harapan untuk reunifukasi korea pada abad 21. Untuk itu genta ini dibuat dengan berat 21 ton dan terdapat 21 anak tangga menuju pavilion ini. [caption id="attachment_126637" align="aligncenter" width="640" caption="Kapan Jalan Lagi?"][/caption] Lokomotif Uap Tua Selain intu juga dipamerkan sebuah lokomotif tua yang tampak berkarat dimakan usia. Ini ternyata sebuah lokomotif uap dari kereta jalur Geonggui yang tertinggal sewaktu perang. Lokomotif ini merupakan saksi bisu kisah tragis terpecahnya korea dan ditinggal begitu saja disini sejak terkena bom sewaktu perang. Menuju DMZ Kira2 pukul 9.15 kami sudah bersiap-siap naik bus . Ada dua rombongan tur sehingga tur yang berbahasa Jepang naik bus di bagian depan dan rombongan kami naik bus di bagian belakang. Tepat pukul 9.20 bus segera bergerak perlahan dan pemandu wisata menjelaskan kembali beberapa aturan main selama tur. Kami tidak diperkenankan membuat foto dari dalam bus dan nanti hanya diperbolehkan membuat foto setelah sampai di DMZ. Bus kembali masuk ke jalan utama dan kemudian melewati pemerikasaan tentara korea dimana daftar penumpang dicek ulang  kemudian tentara itu naik ke bus dan memeriksa paspor setiap penumpang. Setelah itu bus melaju terus menunju ke tempat DMZ pavilion. Kami segera turun dan diarahkan menuju ke semacam teater diaman akan duputar film dokumenter tentang sejarah perang korea dan terbentuknya DMZ. Film pendek sekitar 10 menit menceritakan perang korea dengan segala kepedihannya selama 1950 sampai 1953. Cerita berawal dari berakhirnya perang dunia ke dua dan semenanjung korea dibelahdua menjadi utara yang disponsori Uni Soviet dan selatan oleh Amerika.  Perang Korea dimulai dengan penyerbuan utara pada 25 juni 1950 dan berakhir pada 27 juli 1953 dengan semacam gencatan senjata. Dengan inilah DMZ diciptakan dimana ada semacam daerah penyangga selebar 4 km. Namun gencatan senjata ini sendiri tidak pernah dituntaskan dengan perjanjian perdamaian sehingga sebenarnya kedua korea sampai saat ini masih berstatus berperang. Dengan terbentuknya DMZ , selain kesedihan  juga  merupakan semacam blessing in disguise karena daerah ini semacam daerah tak bertuan sehingga fauna dan flora yang mungkin sudah punah ditempat lain di Korea tumbuh subur dan berkembang biak di DMZ. Selain itu tempat ini juga disiapkan untuk reunifikasi bangsa korea dimasa depan yang diharapkan akan terjadi pada waktu tidak lama lagi karena tembok Berlni dan Uni Soviet sendiri sudah runtuh hampir 20 tahun silam. Menyusuri 3rd Infiltrationn Tunnel Dalam film dokumenter juga dijelaskan bahwa Korea Utara sempat menbuat 4 buah terowongan bawah tanah yang dibuat untk serangan memdadak ke selatan. Terowongan pertama  diketemukan pada November 1974, terowongan kedua pada thn 1975, yang ketiga  pada 1978 dan yang ke empat  pada  Maret 1990. Kami segera menuju ke terwongan ketiga dimana kami akan naik semacam monorail sepanjang kira-kira 300 meter menuju ke terowongan yang letaknya 78 meter di bawah permukaan tanah. Namun sebelum itu semua perserta diharuskan memakai helm berwarna biru macam helm pekerja tambang dan semua barang bawaan termasuk kamera diharuskan disimpan di loker yang disediakan secara gratis. Di dalam terowongan kita memang tidak diperkenankan membuat gambar demi alasan keamanan. Monorail segera meluncur perlahan-lahan memasuki terowongan. Keadaan agak gelap karena hanya diterangi lampu berwarna hijau yang menyalan redup di langit-langit terowongan dan di dinding terdapat petunjuk jarak antara lantai dasar terowongan dan platform di atas. Setelah kira-kira5 menit kami pun tiba di lantai dasar terowongan dan segera memulai pengembaraan kami . Terowongan ke tiga ini ditemukan pada 17 Oktober 1978 berdasarkan info seorang pembelot dari Korea utara yg dirahasiaknamanya. Menurut pemandu panjang terowongan ini sekitar 1600 meter namum kita hanya boleh melewati sekitar 200 meter saja. Lebarnya hanya dua meter dengan tinggi kurang dari 2 meter. Ukurannya membuat pengunjung yang bertubuh tinggi untuk terus menerus membungkuk kecuali di bebarapa tempat yang agak tinggi. Sewaktu ditemukan,  Korea Utara berkilah bahwa terowongan ini untuk tambang batubara dan sempat melumuri dinding terowongan dengan batubara yang kemudian  ternyata bebatuan di situ terdiri dari granit yang keras sehingga tidak mungkin untuk tambang batubara sehingga pihak selatan menduga bahwa terowongan digali pihak utara untuk serangan mendadak ke selatan. Begitulah kedua pijak yang satu bangsa satu bahasa harus berseteru dan saling menyalahkan..Salah siapa?? Di dinding terowongan ada semacam tanda berwarna kuning yang katanya arah granat pengeboran yang selalu menuju selatan. Juga membuktikan bahwa terowongan ini dibuat oleh utara.  Setelah berjalan ke utara sepanjang sekitar 200 meter tiba-tiba terowngan menjadi buntu karena tampak sengaja ditutup .Karena kalau kita terus akan sampai di Korea Utara. Ternyata ada tiga blokade dan ini adalah blokade ketiga yang merupakan satu-satunya blokade yang boleh dikunjungi turis. Setelah kira-kira10 menit di dialam terowongan kami segera kembali ke monorail.  Ternyata ada juga jalan akses lain yang sedikit mendaki kalau kita mau berjalan untuk mencapai  DMZ Pavilion. Dora Observatory Setelah itu kami sempat diberi waktu sekitar 10 menit untuk kembali melihat-lihat. DMZ pavilion dimana terdapat semacam denah atau model daerah DMZ dan perbatasan. Kota Kaesong di Korea Utara yang saat ini terdapat beberapa pabrik milik perusahaan Korea Selatan dan memperkerjakan buruh dari Korea Utara uga nampak di denah. Sedangkan tidak jauh juga terdapat Pan Meun Jom dimana sering diadakan perundingan untuk reunifikasi kedua Korea. Sebenarnya sampai 2008 terdapat tur ke Kaesong namun saat ini dihentikan karena ketegangan kembali memuncak antara kedua Korea. Setelah itu kami segera kembali naik bus menuju Dora Obesrvatory . Perjalanan hanya sekitar 10 menit. Bus kami berhenti di dekat bangunan yang khas militer karea diwarnai dengan loreng-loreng dan ada plakat batu dalam aksara hangul. Untung saya sudah bisa membacanya Dora Jeonmangdae begitu tulisannya yang artinya yang Dora observatory . Dora Observatory terletak di bagian barat DMZ. Dari sini kita dapat melihat Korea Utara dengan mata telanjang. Namun untuk mengambil foto dilarang kecualidari belakang garis kuning sekitar 5 meter dari pagar observatory. Namun jangan khawatir , kita dapat melihat lebih jelas kota Kaesong dan juga desa propaganda dengan bendera korea utara menjulang tinggi melalui teropong yang hanya bisa beoperasi bila kita memasukan uang logam 500 Won. Kalau tidak punya uang logam bisa menukarkannya di loket. Dengan menggunakan teropong tadi kita dengan jelas dapat melihat kota Kaesong, juga desa propaganda  korea utara dimana terdpat tiang bendera tertinggi di dunia setinggi 160 meter. Desa ini sebenarnya adalah desa perdamaian yang namanya adalah Kijong dong.. Di desa ini terdapat semacam apartement bertingkat dari beton yang kemudian ternyata kosong dan hanya untuk menunjukan tingkat kehidupan yang baik di Korea Utara. Sampai thn 2004 ada semacam loudspeaker yang menyiarkan propaganda ke selatan. Sementara itu di sebelah selatan kita juga dapat melihat desa perdamaian korea selatan yaitu  Daesong dong. Disni tinggal penduduk warga Korsel yang menikmati semacam kekhususan yaitu tidak perlu membayar pajak dan bebas dari wajib militer. Ada semacam perlombaan tidak resmi antara kedua korea. Ketika Korsel membangun tiang bendera setinggi 98 meter di selatan. Utara membalasnya dengan membangun tiang bendera setinggi 160 meter tadi. Dorasan Station Setelah cukup puas melihat-lihat dan sempat mampir di toko souvenir kami harus kembali ke bus yang akan mengantar kami ke tujuan berikut yaitu Dorasan Station. Stasiun kereta yang tampak sangat modern ini tampak sangat lenggang karena tidak ada penumpang dan tidak ada kereta waktu kami mengunjunginya. Namun fasilitasnya cukup lengkap sekan-akan kita dapat pergi ke Pyongyang dari sini. Rupanya stasiun ini memang disiapkan kalau-kalau nanti reunifikasi terjadi. Disini kita juga dapat membeli tiket ke Pyongyang lengkap dengan stamp imigrasi yang ditaruh ditiket tadi seharga hanya 500 Won. Kami sempat masuk ke platform dimana terdapat petunjuk jarak: Pyongyang 256 km Seoul 56 km..Namun kapan yah bisa ke Pyongyang dari sini? Sampai saat ini kalau kita mau ke Pyongyang harus terbang dulu ke Beijing yang jauhnya ribuan kilometer. Yang cukup menarik di dalam stasiun juga terdapat gambar dan foto Presiden AS Geoge Bush waktu berkunjung ke sini thn 2002. Desa Reunifikasi Setelah sempat berfoto di Dorasan station kita segera kembali naik bus dan menuju ke desa reunifikasi. Ternyata disini kita hanya berkunjung ke semcam souvenir shop dan supermarket kecil.  Setelah itu bus segera kembali ke Imjingak Park di mana mini bus kami yang akan mengantar kami kembali ke Seoul telah menunggu. Ternyata di ujung Freedom Highway yang akan menuju Seoul ada semcam pintu tol yang menurut pemandu wisata kami merupakan jalan tol menjuju Kaesong yang digunakan oleh pekerja Korsel. Dengan demikian berakhirlah perjalanan wisata yang kadang-kadang sulit dijelaskan. Karena kita tidak melihat pemandangan alam yang indah ataupun bangunan yang megah, Tetapi kita mengunjungi suatu tempat yang penuh dengan tragedi, suatu tempat yang bagi  bangsa Korea telah menorehkan kepedihan mendalam sekaligus harpan akan bersatunya kedua bangsa di masa datang. Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun