Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Senandung Dont Cry for Me Argentina di Recolita, Buenos Aires

6 Juni 2012   05:47 Diperbarui: 1 Desember 2023   11:05 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


               

"Don't cry for me Argentina, the truth I never left you, all through my wild days, my mad existence, I kept my promise, don't keep your distance!"

Ini adalah lagu yang pernah sangat popular di akhir tahun 1970-an dan lirik lagu ini pula yang membawa saya mengunjungi Cementerio de La Recoleta yang merupakan pemakaman paling terkenal di Buenos Aires.


Pintu Gerbang La Recolita: Dokpri
Pintu Gerbang La Recolita: Dokpri

Berdasarkan peta kota Buenos Aires yang saya miliki, pemakaman ini terletak di belakang Buenos Aires Design yang di dalamnya kebetulan terdapat restoran tematik Hard Roick Café. Ketika mencari pintu gerbangnya, saya ternyata salah mengambil arah  sehingga harus berjalan mengelilingi pemakaman ini melalui Jalan Vicente Lopez. Akhirnya saya pun menemukan pintu gerbang berwarna putih yang dihiasi empat buah pilar gaya Yunani yang memberikan kesan megah. “Requiescant in Pace” tertera di atas pintu gerbang ini seakan-akan mendoakan penduduknya agak bersitirahat dalam damai.


Hacienda de Buenos Aires: Dokpri
Hacienda de Buenos Aires: Dokpri

Sebelum masuk melalui pintu gerbang ini saya sempat melihat-lihat di halaman depan dan menemukan semua patung  dan juga sebuah papan keterangan dari “Hacienda Buenos Aires” tentang pemakaman ini. Keterangan yang ditulis dalam bahasa Spanyol, Inggris, dan Portugis ini menceritakan sedikit mengenai sejarah pemakaman yang diresmikan pada 17 november 1881 ini.

Buenos Dias”, demikian tegur sapa petugas kepada saya, dan kemudian saya pun masuk kedalam setelah menanyakan apakah perlu bayar atau gratis. Setelah benar gratis maka saya pun menuju ke sebuah ruangan di sebelah kanan. Ternyata ini adalah sebuah kapel kecil yang di dalamnya terdapat sebuah patung marmer Yesus Kristus.


Visitas Guiadas Gratis: Dokpri
Visitas Guiadas Gratis: Dokpri

Sebelum pintu masuk juga terdapat sebuah papan pengumuman mengenai “Visitas Guiadas Gratuitas” atau Tur Gratis dengan Pemandu. Ada jadwal tur baik dalam bahasa Inggris , Spanyol, dan juga Italia disertai waktu dan tempat berkumpul. Namun saya lebih suka melihat-lihat tempat ini sendirian saja  sambil menikmati suasana pemakaman yang cukup ramai dikunjungi wisatawan mancanegara ini.


Salah satu makam: Dokpri
Salah satu makam: Dokpri

Begitu memasuki kompleks pemakaman, terlihat sekali kemegahan “Kota Orang Mati” ini, karena bentuk makam yang mirip dengan bangunan atau rumah yang dihiasi ornamen baik berbentuk patung dan hiasan lainnya. Di pemakaman ini kita bisa mengunjungi mauseleum orang-orang kaya dan juga terkenal dalam sejarah Argentina. 

Tujuan utama saya adalah mencari Makam Evita Peron yang terkenal karena sebuah lagu “Don’t Cry for me Argentina” . Karena itu, saya mencoba mencari letak makamnya berdasarkan sebuah prasasti yang berisi nama dan alamat makam. 


Nama & Almat Orang Mati: Dokpri
Nama & Almat Orang Mati: Dokpri

Aqui descansan quienes nos preceden en el camino de la vida. Es en lugar respectable, que debe ser respetado”, demikian tertulis di pojok kiri atas prasasti ini. Artinya kira-kira, disini terbaring mereka yang telah mendahului kita di dalam perjalanan hidup. Ini adalah tempat terhormat, yang karenanya harus dihormati.


Makam mantan presiden Argentina Carlos Pellegrini: Dokpri
Makam mantan presiden Argentina Carlos Pellegrini: Dokpri

Saya mencoba mencari nama Evita Peron, namun tidak dapat menemukannya. Karena itu saya pun hanya mengikut arus dan berjalan-jalan di sekitar pemakaman yang di sebagian tempat ada kerumunan turis, sementara di tempat lain nampak sangat sepi. Saya menyusuri lorong-lorong dan secara tidak sengaja menemukan mauselum Carlos Pellegrini, yang kebetulan namanya diabadikan pada nama sebuah jalan di pusat kota Buenos Aires.


Sebuah jalan di La Recolita: Dokpri
Sebuah jalan di La Recolita: Dokpri

Carlos Pellegrini ternyata mantan Presiden Argentina di akhir abad ke 19 yang pada sekitar tahun 1890 –an berhasil mengendalikan negri ini keluar dari krisis keuangan dan kemudian menjadi salah satu negri yang makmur sampai tahun 1930an sehingga kota Buenos Aires pun terkenal dengan julukan “Paris of the South”.

Saya terus mengembara dan menyaksikan berbagai macam jenis makam dari orang-orang penting ini. Hiasan yang paling banyak adalah bentuk malaikat bersayap dan juga tanda-tanda berbentuk salib. Namun tidak sedikit juga berbentuk patung lengkap dengan pakaian kebesaran militer dari yang empunya makam.

Namun saya masih penasaran belum menemukan makam Evita. Di sebuah persimpangan jalan saya sempat bertanya kepada seprang petugas. “Donde esta Evita?”. Sang penjaga kemudian berbicara dalam bahasa Spanyol yang sangat cepat dan menunjuk ke suatu arah. Saya pun pengikuti petunjuk tersebut namun akhirnya tetap tidak dapat menemukan makam Evita.


Plakat & Bunga di Makam Evita: Dokpri
Plakat & Bunga di Makam Evita: Dokpri

Akhirnya di sebuah tempat saya pun mencoba bertanya lagi kepada seorang oetugas setengah baya yang sedang bersandar pada sebuah makam. Kali ini dia memberikan jawaban yang jelas .” Familia Duarte, uno dos tres a la derecho”. Jawabnya sambil menunujuk ke depan memberi  saya arahan bahwa saya harus berjalan tiga blok kemudian belok kanan dan harus mencari nama Familia Duarte. Pantas saya tidak menemukan nama Evita Peron dalam daftar nama di prasasti, ternyata Nama lengkap nya adalan Maria Eva Duarte de Peron dan dalam daftar dimasukan dalam nama keluarga Duarte.

Setelah belok kanan tidak sulit menemukan makam ini karena adanya kelompok turis dengan seorang pemandu dalam bahasa Inggris yang kebetulan berkunjung. Selain itu di dinding makam terdapat banyak karangan bunga yang diletakkan menunjukan bahwa Evita memang sering dikunjungi baik oleh turis maupun rakyat Argentina yang masih mengaguminya.

Pada dinding makam ada banyak plakat bertuliskan pujian dan kenangan buat Evita dalam Bahasa Spanyol. Salah satu yang menarik,  adalah sebuah plakat begambarkan seorang wanita yang sedang duduk merenung dan memegang setangkai dedaunan, 


Don't Cry for me Argentina: Dokpri
Don't Cry for me Argentina: Dokpri

“Evita Peron. 1952 28 de Julio 1982. “ , demikian tertera di atas plakat yang menegaskan tanggal meninggal nya Evita pada 1952,

“no me llores perdida ni lejana

yo soy parte esencial de tu existencia

todo amor y dolor me fue previsto

cumpli mi humilde imitacion de cristo

joven anduvo en mi senda que la siga

sus discipulas”

Demikian lah kalimat yang tertulis, dimana kalimat pertama dapat diartikan sebagai “Janganlah menangis karena kehilangan ku karena aku tetap dekat denganmu”. Mungkin dari sinilah inspirasi lagu Don’t Cry for me Argentina berasal. 

“Tempat ini bukan merupakan tempat makam pertama bagi Evita” demikian keterangan pemandu yang saya coba sedikit mencuri dengar. Ternyata kehidupan Eva Peron memang sangat tragis.. Dia berasal dari keluarga miskin dan kemudian pindah ke kota metropolitan Buenos Aires ketika berusia 15 tahun dan bertemu dengan Juan Peron pada 1944 yang kemudian menjadi Presiden pada 1946.

Evita pun kemudian menjadi istri kedua Juan Peron.  Ketika Juan menjadi presiden inilah Evita  sangat berkuasa dan banyak membuat kebijakan yang sangat populis dan menguntungkan rakyat miskin. Karena itu dia sangat dicintai rakyatnya. Namun Evita tiba-tiba meninggal pada usia yang sangat muda yaitu 33 tahun di tahun 1952 saat masih menjadi first lady Argentina. Dan Argentina pun berkabung karenanya.

Jemazahnya kemudian dibalsem dengan tujuan akan dibangun sebuah mauseleum yang megah. Namun kemudian Juan Peron pun dijatuhkan dari kekuasaannya pada 1955 sehingga jenzah ini kemudian sempat menghilang selama lebih 16 tahun.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun