Setelah sempat berkunjung ke Islamic Cultural Center di kawasaan Clonskeagh yang merupakan salah satu kompleks Islamic Centre paling luas dan megah di Eropa, kali ini lawatan di Dublin berlanjut dengan berkunjung ke sebuah masjid tertua di Irlandia, letaknya di jalan lingkar selatan tidak terlalu jauh dari pusat kota Dublin.
“Leonard Corner, National Stadium”, demikian suara rekaman menyebutkan nama halte berikut. Saya bergegas turun dari tingkat atas Dublin Bus no 122 setelah sekitar 20 menit duduk manis sambil menikmati pemandangan dan mengembara di dunia maya berkat wifi gratis yang ada dalam bus. . , Yah disinilah saya harus turun dan kemudian dilanjutkan berjalan kaki sekitar 120 meter saja.
foto: Dokumentasi pribadi
Dua menit berjalan, di sebelah kiri jalan terdapat gedung dengan sebuah papan nama bertuliskan “
Islamic Foundation of Ireland, 163 South Circular Road Dublin 8”. Di bawah nya juga tertulis dalam Huruf Hijaiyah
“Masjid Dublin wal Markaz Islamiyah”.
Tepat di sebelahnya terdapat sebuah gedung yaang cukup besar , bentuknya mirip gereja dengan atap yang cukup tinggi. Namun tepat di atasnya ada sebuah hiasan berbentuk bulan sabit yang menandakan gedung ini sebagai sebuah masjid. Dindingnya berwarna coklat dengan tekstur batu bata yang terlihat jelas.
foto: Dokumentasi pribadi
Sebuah kaca patri berhiaskan motif bunga ada di fasad masjid ini. Di tengah berhiaskan tulisan “Allah” dan di sebelah kiri kanannya tertulis “Dulin Mosque” dan Masjid Dublin dalam huruf Hijaiyah. Sementara di bawahnya tertulis “Mosc Atha Cliath”, yang merupakan nama tempat ini dalam Bahasa Irlandia.
Saya memasuki gang di antara kedua gedung. Beberapa mobil terlihat diparkir disini. Di dinding tertulis petunjuk menuju Halal Shop and Canteen. “Wah lumayan juga bisa makan siang dulu sebelum sholat”, fikir saya dalam hati. DI kantin ini, kita dapat menikmati makanan nasi briyani dan kari ala Pakistan. Penjaganya memang seorang keturunan Pakistan yang sudah sejak lama tinggal di Irlandia.
foto: Dokumentasi pribadi
Sambil bercakap-cakap ini, secara singkat dapat diketahui tentang sejarah masjid ini. Gedung ini dulunya adalah sebuah gereja bernama “Donore Presbyterian Church” yang pertama kali dibangun pada tahun 1860an. Gedung gereja ini kemudian dibeli oleh Islamic Foundation of Ireland dan diubah menjadi masjid pada 1983.
foto: Dokumentasi pribadi
“Donore National School AD 1891”, sebuah prasasti dari batu bata tertempel di dinding masjid. Mungkin juga gedung ini pernah berfungsi sebagai sekolah? . Saya memasuki pintu utama yang letaknya bukan di tepi jalan raya. Di beranda terdapat berbagai pengumuman dan juga empat buah kotak untuk sumbangan sesuai dengan tujuannya masing-masing. Yang paling kiri adalah sumbangan untuk Palestina, yang kedua untuk Syria, dan yang dua lagi untuk Masjid Dublin .
foto: Dokumentasi pribadi
Saya kemudian belok ke kiri menuju ke tempat wudhu. Terlihat sederhana, namun sangat bersih dengan tempat duduk terdbuat dari kursi kecil berbentuk bujur sangkar dari kayu berplitur coklat. Toiletnya juga terlihat manis dengan lantai ubin bermotif coklat putih.
img-4580-58f37e543693730409936daf.png
Ruang sholatnya terlihat cukup luas dengan jendela-jendela yang besar sehingga memberikan cahaya alamiah yang cukup ke dalam. Lantainya ditutupi karpet berwarna hijau dengan kombinasi garis-garis berpola warna merah sebagai penanda saf. Tidak banyak orang di dalam masjid ketika azan ashar menggema. Sekitar sepuluh sampai belasan orang saja yang sekilas kebanyakan berasal dari kawasan anak benua India .
img-4584-58f37efd6223bd4707796e8e.png
Mihrab dan mibar masjid ini juga sangat sederhana, dan di dinding sama sekali tidak ada hiasan kecuali sebuah rak berisi Al Quran dan buku-buku agama. Selesai sholat saya kembali ke halaman dan melihat-lihat dengan lebih teliti. Maklum cacing dalam perut sudah tenang diisi nasi briyani yang lezat.
Lihat Travel Story Selengkapnya