“Wah harus beli rokok nih!”, teman saya berucap sambil sedikit menguap membuang rasa kantuk. Malam itu, kebetulan kami berdua sedang sekedar mencari suka di kawasan Bugis, yang menamakan diri sebagai Street Market paling tersohor di seantero Singapura.
Maklum, teman saya itu perokok kelas berat dan dia lupa atau memang tidak berani membawa rokok memasuki negeri singa itu, Maklum peraturannya sangat ketat, karena membawa sebungkus rokok pun bisa kena cukai atau denda yang mahal.
Bahkan untuk mengontrol apakah rokok yang kita isap adalah rokok resmi atau selundupan, di setiap batang rokok ditempelkan tanda sudah membayar cukai.
Akhirnya , kami pun sampai ke sebuah toko atau gerai yang biasa buka 24 jam. Convinience store ini menjual barang keperluan sehari-hari. Setelah sempat membeli sedikit kudapan berupa kacang untuk sekedar menemani nonton TV nanti di kamar hotel, teman saya pun mulai bergerilya di toko dan mencari merek rokok yang biasa dihisap di tanah air.
"Wah ada juga rokok Sampoerna Mild ", katanya dengan senang. Diambilnya sebungkus rokok yang telah diberi peringatan dengan gambar besar akan bahaya merokok itu. Namun yang membuatnya terkejut adalah harganya yang luar biasa mencekik leher.
Tertera harga 12 Dollar Singapura atau sekitar 90 ribu rupiah hanya untuk sebungkus rokok yang kalau di Jakarta dapat dibeli dengan harga hanya sekitar 10 ribu rupiah.
Namun dengan sedikit berat hati, karena mulutnya akan menjadi masam kalau tidak merokok teman saya itu pun merogoh kantong dan membeli rokok yang menurutnya paling mahal di dunia itu. Apa boleh buat!
Singapura, memang negeri yang penuh dengan kontradiksi. Di dalam negeri, peredaran rokok sangat ketat diatur sehingga dkenakan cukai yang sangat tinggi. Akibatnya harga rokok menjadi sangat mahal. Namun pada saat yang bersamaan, di Bandara Changi, kita daat membeli satu pak rokok merek terkenal dengan harga kurang dari 20 dollar Singapura. Tentu saja rokok itu bebas pajak dan harus dibawa keluar Singapura.
Selepas membayar rokok termahal tadi, kami pun berjalan menyusuri Bugis Street, dan kemudian menuju ke sebuah food court . Di sini banyak gerai makanan yang menjual makanan dengan harga cukup terjangkau. Satu porsi nasi ayam penyet bakar khas Indonesia lengkap dengan sambal yang lumayan nikmat dapat dibeli dengan harga 3.80 Dollar. Alias satu bungkus rokok dapat membeli tiga porsi makan malam.
Selesai makan, giliran saya yang harus membayar ayam penyet yang harganya bahkan lebih murah dari sebungkus rokok dari Indonesia.!
Singapura, April 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H