Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bukan Hanya Pesawat, Penayangan Film Toba Dreams Juga Bisa Delay

21 November 2015   10:55 Diperbarui: 21 November 2015   14:33 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Film yang berkesan dan menyentuh hati”. Julukan itu pastinya tidak berlebihan sehingga membuat saya nonton film berjudul Toba Dreams ini sampai dua kali di dua malam berturut-turut di tempat yang sama yaitu “Plaza Indonesia Cinema XXI”. Yang pertama dalam rangka Nobar Komik Kompasiana pada 19 November 2015. dan yang kedua dalam rangka Festival Film Indonesia , film ini masih diputar sekali lagi pada 20 November 2015.

Dari dua kali nonton film ini, banyak sekali pesan moral yang didapatkan yaitu pesan bagaimana mendidik anak bagi orang tua. Dalam film ini Sersan Tebe yang diperankan dengan sangat baik oleh Matias Muchus mendidik anak-anakanya dengan model militer yang keras, Hanya sang bapak yang boleh menentukan nasib dan masa depan anak-anaknya. Ronggur harus menjadi pendeta, Sumurung menjadi perwira, dan Taruli harus sukses di studinya.

Konflik vertikal ayah anak tidak dapat dihindarkan. Ronggur memberontak dengan kembali ke Jakarta mengejar wanita idamannya , Andini (Marsha Timothy). Serangkaian kebetulan membuatnya berhasil mengejar kekayaan walau harus menempuh jalan yang salah. Ronggur berhasil mendapatkan Andini walau tanpa restu mertua.

Cota-cita Ronggur sederhana. Sukses adalah menjadi kaya! Sedangkan Sersan Tebe tetap pada pendiriannya bahwa Sukses bagi seorang laki-laki adalah apabila kita berhasil menjadi orang baik dan berguna. Namun Ronggur selalu merasa bahwa ayahnya membencinya dan tidak suka akan kesuksesannya. Dia berubah menjadi sedikit arogan dan sombong atas kekayaannya dan kurang menghormati ayahnya.

Adegan pernikahan secara Kristen di gereja sangat menyentuh hati. Penampilan Judika dengan lagunya yang keren, pemberkatan pendeta yang “tidak biasa” dan juga iring-iringan penganten setelahnya memberikan nuanasa kebatakan yang lebih tebal pada film ini. Walaupun hampir semua pemerannya bukan orang Batak. Bagi orang Batak, film ini memang kurang nuansa Bataknya, namun bagi bukan orang Batak, film ini tetap kental dengankebatakan.

Kisah perjalanan keluarga Ronggur mulai menjadi anti klimaks ketika mafia narkoba mulai menuntutnya kembali aktif dan bahkan mengancam keselamatan Andini dan Choki, anak semata wayang yang sangat dicintainya. Namun karena merasa kurang mendapat suasana religi dari Ronggur, Andini memutuskan kembali memeluk agama Islam dan mengajak Choki untuk sholat. Adegan mengharukan terjadi ketika Ronggur mendapatkan Andini dan Choki sedang sholat.

Nilai-nilai toleransi juga disemaikan dalam film ini ketika adegan makan bersama dimana Choki diminta untuk memimpin doa sebelum makan dan berkata bahwa doa Choki akan sedikit berbeda dengan doa opung. Jajang C Noer yang berperan sebagaiOpung Boru segera mencairkan suasana dengan mengatakan bahwa semua doa itu baik. Jajang C Noer bermain sempurna sebagai wanita Batak , nenek, dan sekaligus ibu sersan Tebe dalam film ini.

Singkat cerita, Ronggur akhirnya harus menerima nasib tewas di tangan salah satu anggota mafia dengan tragis di anguan ayahnya sendiri. Adegan pemakaman dengan doa yang dipimpin oleh pendeta Sumurung dalam bahasa Batak yang terbata-bata serta adegan hormat Choki dan sersan Tebe menambah manisnya film bernuansa Batak yang pantas mendapatkan penghargaan di Festival Film Indonesia kali ini.

Namun, ada sedikit hal yang juga ikut membuat menonton film ini menjadi tidak mudah dilupakan. Pada hari kedua, film ini sempat ditunda penayangannya. Film seharusnya mulai pada pukul 20. 45, namun setelah ditunggu-tunggu tidak juga dimulai.
Kira-kira pukul 22,00 malam, Jajang C Noer tampil kehadapan penonton menceritakan bahwa password film ini sudah kedalauarsa dan harus dimintakan password baru. Penpnton bersedia menunggu karena diperkirakan dalam wakru 16 menit password baru sudah ditermia. Namun lebih 30 menit menunggu akhirnya Jajang C noer kaembali muncul dan menyatakan bahwa assword baru yang dikirimkan juga salah.

Namun sebagian besar penonton yang terlajur menunggu lama tetap tidak mau pulang walau sempat ditawarkan akan dikirimkan DVD film ini dikeudian hari. Akhirnya sekitar pukul 22.45 malam film ini pun dimulai setelah delay sekitar satu jam.
Rupanya bukan hanya pesawat yang sering delay! Nonton film juga bisa delay.

Jakarta 21 November 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun