George Town merupakan kota tua di Pulau Pinang yang sejak tahun 2008 dinobatkan sebagai “Warisan Dunia” oleh UNESCO. Menurut sejarah, nama kota ini diambil dari Raja George III dari Inggris yang mulai menancapkan kaki di pulau ini di tahun 1786.
Salah satu ikon George Town yang harus dikunjungi adalah Masjid Kapitan Keling yang lokasinya tepat di pusat kawasan Etnis Tamil yang disebut juga Chulia. Karena itu, di kawasan ini ada juga nama jalan yang disebut Lebuh Chulia untuk menandai kehadiran kaum yang berasal dari India bagian selatan itu.
Saya sempat duduk sebentar di kursi batu yang ada di halaman masjid sambil bersitirahat dan mengagumi keindahan masjid, Ada sebuah replika buku tetang etnis Tamil muslim yang di sebut Chulia dan ditulis oleh Khoo Salma Nasution. Wanita penulis ini merupakan generasi kelima peranakan Cina dan memainkan peranan penting dalam pelestarian George Town sehingga mendapatkan status warisan dunia.
Dari pintu utama, perjalanan dilanjutkan belok ke kiri dan melihat bangunan utama dari samping. Ada sebuah kursi batu disitu dan dari sini dapat diamati kegiatan di dalam masjid yang kebetulan sedang sepi. Hanya ada beberapa orang yang sedang sholat dan sebagian lagi sedang duduk atau tiduran menunggu waktu ashar. Tempat wudhu, sebagai mana masjid di India, berupa kolam besar dimana disediakan gayung plastik untuk mengambil airnya.
Ruang dalam masjid berlantaikan marmer putih yang dilapisi karpet panjang bermotif flora dengan kombinasi warna biru merah dan kuning. Kita disarankan untuk berdiri di karpet dan meletakan dahi di lantai ketika sedang sujud. Tiang-tiang besar berwarna putih menghiasi bagian dalam sementara lampu kristal dan hiasan interior kubah yang indah juga kian mempercantik masjid terbesar dan tertua di George Town yang menjadi kebanggaan masyarakat Pulau Pinang ini.
Dari sisi sebelah kiri ini pula, sempat diintip mimbar yang terbuat dari kayu berwarna coklat tua dan deretan kipas angin yang menjuntai dari langit-langit masjid. Sementara di bagian belakang masjid ada sebuah madrasah kecil yang namanya Madarasatul Anvarul Ulum. Dan ketika memutar melalui sisi kanan masjid, barulah ditemukan tempat wudhu dengan pancuran air sebagaimana biasa ditemukan di masjid-masjid di tanah air.
Ketika kembali ke halaman, saya mendekati menara masjid dan melihat nya dari sudut lain dengan latar belakang bangunan-bangunan tua di sebaranng masjid. Namun ketika berada di depan pintu kaca pusat informasi yang ada di bawah menara, sempat diperhatikan bahwa kedua sisi pintunya dihiasi dengan Surat Al-Asr ayat 1-3 yang selain DALAMBahasa Arab juga diterjemahkan dalam sembilan bahasa seperti Inggris, Perancis. Spanyol, Italia, Jerman, Belanda, Cina. Jepang dan Korea. Lucunya tidak ada terjemahan dalam Bahasa Malaysia.