Ketika Startup Agritech Tak Seindah Pitch Deck
Dalam beberapa tahun terakhir, industri agritech di Indonesia mengalami lonjakan popularitas. Startup seperti TaniHub dan eFishery menjanjikan revolusi dalam sektor pertanian dan perikanan, dengan konsep "memotong rantai distribusi" agar petani dan pembudidaya ikan mendapatkan harga lebih baik.
Namun, dunia startup tidak selalu seindah presentasi investor. TaniHub, yang dulu dianggap sebagai salah satu bintang agritech Indonesia, justru terjerat dalam kasus fraud yang berujung pada kolapsnya operasional mereka. Kini, banyak yang mulai bertanya-tanya, apakah nasib serupa bisa menimpa eFishery, startup yang sedang naik daun?
Mari kita bahas satu per satu dengan santai, tanpa jargon-jargon teknis yang bikin pusing.
Kasus TaniHub: Dari Janji Manis ke Bangkrut Total
TaniHub didirikan dengan ide sederhana: menghubungkan petani langsung ke pasar melalui teknologi. Dengan pendanaan besar dan dukungan dari berbagai investor, startup ini berkembang pesat. Namun, di balik pertumbuhan itu, ada sejumlah masalah yang akhirnya meledak:
1. Fraud Internal: Keuangan yang Tidak Transparan
Beberapa laporan menyebutkan adanya fraud di internal perusahaan, di mana keuangan tidak dikelola dengan baik. Startup yang tampaknya sehat ternyata menyimpan banyak utang dan salah urus dana investasi.
2. Model Bisnis yang Tidak Realistis
TaniHub mencoba menghilangkan peran tengkulak dan distributor, tetapi kenyataannya, rantai pasok pertanian tidak semudah itu diubah. Banyak tantangan logistik dan operasional yang mereka remehkan, sehingga akhirnya biaya operasional membengkak.