Malam di Alichur terasa begitu hening dan menusuk dingin. Desa kecil di tengah Pegunungan Pamir ini adalah persinggahan yang sempurna untuk menikmati keindahan alam liar Tajikistan. Banyak orang yang sementara menginap di sini untuk menjelajah lebih jauh baik melihat satwa liar atau trekking ke puncak-puncak gunung.
Fasilitas homestay milik Ibu Nazar di Alichur, walau sederhana terasa lebih baik dibandingkan dengan malam sebelumnya di Karakul. Walau dengan air yang terbatas, saya masih sempat mandi di pagi yang dingin. Â
Setelah itu saya sempatkan berkeliling di desa. Rumah -rumah di Alichur sekilas tampak unik karena sekilas  tidak memiliki atap. Hanya terlihat tembok atau dindingnya saja. Â
Matahari perlahan muncul dari balik bukit, mewarnai lanskap tandus dengan gradasi oranye dan emas. Awan menggumpal masih menggantung di langit Alichur.
Di halaman homestay tempat kami menginap ada sebuah yurt dan di dekatnya ada diparkir tiga buah sepeda motor besar. Motor-motor ini tampak sarat dengan barang bawaan dan perlengkapan seperti ban serep dan juga tas serta koper. Melihat  registrasinya, tampak motor ini berasal dari Uni Eropa dengan kode F yang menunjukkan Perancis sebagai negeri asalnya.
Tempat makan pagi berupa sebuah bangunan yang tidak jauh dari rumah kami menginap. Di dinding yang dicat warna hijau muda ada spanduk bertuliskan Cafe Golden Fish.Â
Di sini saya berkenalan dengan tiga orang pengemudi sepeda motor tadi yang memang berasal dari Perancis. Mereka sedang dalam perjalanan melintasi Pamir Highway  dengan  arah yang berlawanan dibandingkan perjalanan kami.  Tiga lelaki yang berusia sekitar 50 tahunan ini tampak gagah dan tangguh mampu melewati rute yang sangat menantang sejauh ribuan kilometer.