Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bersepeda di Atap Dunia

7 Desember 2024   11:33 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:38 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama: dokpri
Foto bersama: dokpri

Setelah sarapan pagi, kami bersiap-siap untuk kembali melanjutkan perjalanan. Pagi ini rombongan kecil saya, bu dokter Lili dan Bu dokter Ida bertukar kendaraan yang kali ini dikemudikan Ibrahim.

Sebelum berpisah rombongan kami mendapatkan hadiah kenang-kenangan dari tuan rumah. Para lelaki mendapatkan kalpak, topi tradisional Kyrgyz warna putih. Sedangkan perempuan mendapatkan kerudung dengan motif bunga warna-warni. 

Topi ini menjadi simbol keramahan masyarakat  di Pamir, sebuah pengingat bahwa perjalanan ini bukan hanya soal tempat yang dikunjungi, tetapi juga interaksi manusia yang mendalam.
Kami sempat berfoto bersama sebelum mengucapkan selamat tinggal.

Suasana di Alichur: dokpri
Suasana di Alichur: dokpri

Sebelum meninggalkan desa Alichur, kami mampir ke toko kecil milik keluarga Syamil.  Ibrahim juga mengajak  keliling desa memperlihatkan sekolah, kantor desa dan puskesmas. Semuanya tampak sangat sederhana di desa tertinggi di Tajikistan yang letaknya hampir 4000 meter dari permukaan laut.

Pamir highway: dokpri
Pamir highway: dokpri

Sebagaimana biasa, saya selalu duduk di depan, di sebelah kanan sopir dan saya pun memulai percakapan sambil mempraktikkan bahasa Rusia saya. Ibrahim juga bisa sedikit bahasa Inggris dan senang belajar satu dua kata  bahasa Indonesia. Dari percakapan ini saya pun tahu bahwa kata Alichur sendiri dalam bahasa setempat berarti Kutukan Ali, mengingat alam nya yang kurang bersahabat.

Pamir highway: dokpri
Pamir highway: dokpri

"Di sebelah kiri kita adalah negeri Kitai alias Tiongkok sementara di sebelah kanan adalah serta pegunungan Pamir Alay," demikian penjelasan Ibrahim ketika Konvoi kendaraan kami melaju kencang ke arah selatan, menuju Langar dan juga memasuki Lembah Wahan.  
Kondisi  jalan yang kami lalui cukup baik di awal, meskipun kebanyakan tidak beraspal dan hanya diperkeras dengan kerikil.

Rambu jalan: dokpri
Rambu jalan: dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun