Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tidak Boleh Menginap di Masjid Nusantara di Akihabara, Tokyo

20 Agustus 2024   16:33 Diperbarui: 20 Agustus 2024   16:34 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dengan berbekal tiket subway yang berlaku selama 24 jam dan dibeli di stasiun metro Nishikasai, saya bertekad untuk lebih banyak lagi berkunjung ke tempat-tempat yang menarik di ibukota Jepang yang dulu sempat bernama Edo ini. Maklum walau sudah beberapa kali mampir ke sini, masih banyak tempat yang belum dikunjungi.

Setelah mampir ke Yoyogi Park di pagi hingga siang hari dan melihat serta menikmati suasana taman yang sepi dengan pepohonan yang rindang dan monumen-monumen yang unik, tiba waktunya untuk mampir kembali ke Masjid Tokyo atau Tokyo Cami.

Saya kembali menuju stasiun Yoyogi Koen di Chiyoda line untuk naik satu stop menuju stasiun Yoyogi Uehara.  Stasiun ini ternyata terletak di atas permukaan tanah alias layang dibandingkan kebanyakan stasiun metro yang terletak di bawah tanah.  Kalau pada kunjungan pertama sekitar 8 tahun lalu, saya sempat sedikit nyasar sehingga diantar oleh orang Jepang yang selalu ramah membantu, tentunya kali ini  lokasi masjid yang dituju lebih mudah dicari. Hanya jalan kaki sekitar 5 menit,  sampai sudah  sudah di depan masjid megah yang cantik dengan kubah dan menara yang menjulang.

masjid Tokyo : Dokpri
masjid Tokyo : Dokpri


Memasuki gedung,di lantai dasar ada resepsionis dengan berbagai brosur mengenai Islam dalam bahasa Jepang, juga ada sepasang bendera Turki dan Jepang dan tempat duduk bersantai dengan hiasan air mancur.  Di sini, pengunjung dapat minum sepuasnya.  Di bagian belakang juga ada ruangan besar mirip aula dan juga  supermarket atau lebih tepatnya mini market yang menjual  berbagai produk dan makanan halal.

Toilet dan tempat wudu juga ada di lantai dasar, sementara ruangan solat terletak  di lantai atas.  Menaiki beberapa anak tangga, saya  tiba di beranda yang cukup luas. Dari sini kita bisa melihat pemandangan kota Tokyo.  Keindahan arsitektur masjid baru tampak jelas di lantai atas ini baik di bagian luar apalagi di bagian ruang solat di dalam.  Sepintas serasa bagaikan berada di dalam Masjid Biru di Sultan Ahmet di Istanbul.

Pintu Masuk: Dokpri
Pintu Masuk: Dokpri


Suasana di dalam masjid tidak terlalu ramai, ada beberapa kelompok remaja putri di sudut ruangan dan juga pengunjung lainnya.  Di atas karpet hijau yang empuk tampak sebuah robot kecil berbentuk bundar yang berjalan hilir mudik. Saya tidak tahu siapa yang mengendalikan robot kecil ini. Tetapi dia langsung menyambut kedatangan saya dengan mendekat ke kaki dan mengelus-ngelus nya  dengan ramah  ketika saya sedang solat.  Keindahan interior masjid ini tetap memukau dan memberikan kesejukan tersendiri di tengah panasnya cuaca kota Tokyo.


Selain jemaah dari berbagai bangsa, masjid ini juga banyak dikunjungi oleh wisatawan yang sekedar ingin tahu tentang Islam sekaligus mengagumi keindahannya.

Sekitar 30 menit berada di sini cukup buat saya untuk mengenang kembali kedatangan saya pada 8 tahun lalu sekaligus menunaikan solat zuhur di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun