Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bunga Roos dari Cikembang: Film Lawas yang Tetap Mengasyikkan untuk Ditonton

24 Maret 2024   12:11 Diperbarui: 24 Maret 2024   13:07 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih dalam rangka memperingati hari perfilman Indonesia yang jatuh pada 31 Maret mendatang, saya kembali menonton film-film lawas dan kali ini jatuh pada film sebelum tahun 1990-an atau tepatnya masih di era 1970-an.   Dan film yang saya pilih memiliki judul yang cukup menggugah hati yaitu Bunga Roos dari Cikembang.   Judul ini cukup membuat penasaran karena sama dengan sebuah novel yang pernah saya baca dalam Antologi Kesusastraan Melayu Tionghoa karya Kwee Tek Hoay. 

Ternyata film ini memang berdasarkan novel itu walau di dalam film tersebut nama Kwee Tek Hoay hanya disingkat KTH saja.  Dan secara umum ceritanya pun mirip dengan sedikit modifikasi perubahan sedikit nama dan juga waktu cerita. Tentu saja karena era KTH sebagai pengarang disesuaikan dengan era ketika film dibuat yaitu pada sekitar tahun 1975. Ini terbukti dengan adanya cuplikan kemeriahan perayaan HUT Jakarta ke 448 dalam film.  Lalu bagaimana kisah dan siap saja yang bermain dalam film karya sutradara Fred Young dan Rempo Urip ini.?

Film ini dimulai dengan Wiranata (Awang Darmwan) yang merupakan seorang pengelola atau administrator di sebuah Perkebunan di kawasan Cikembang yang pingsan ketika sedang bertugas dan kemudian dibawa pulang ke rumahnya.  Di sini Wiranata bertemu dengan Marsiti (Tuty Permanasari) yang baru saja bekerja di rumahnya sebagai asisten rumah tangga.  Karena Marsiti merawat dan melayani Wiranata dengan sangat baik, akhirnya keduanya saling jatuh cinta.

Sementara itu pemilik perkebunan, Kartawinata (S.Poniman) dan ayah Wiranata (Kusno Sujarwadi) yang kebetulan merupakan teman sekolah sejak kecil berniat menjodohkan Wiranata dengan putri satu-satunya Kartawinata, yaitu Salmah (Debbie  Cynthia Dewi).   Akhirnya Wiranata pun menikah dengan Salmah dan kemudian pindah ke Jakarta dan  mempunyai seorang putri bernama Lily. 

Ketika Lily sudah dewasa dan diperankan oleh Yatty Octavia, dia terpaksa menyewa pacar sewaan Bernama Tatang (Wendarto S.A) karena merupakan permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggal.  Uniknya ayahnya tidak jadi meninggal dan malah sembuh sehingga Tatang menjadi pacar sungguhan.  Lily dan Tatang kemudian merencanakan untuk menikah, namun takdir berkata lain, Lily mengalami kecelakaan mobil dan meninggal.

Tatang akhirnya berencana untuk sekolah ke Amerika namun sebelumnya ingin beristirahat dulu di Cikembang.  Di sini dia sempat bertemu dengan seorang gadis yang sangat mirip dengan Lily dan kemudian melaporkannya kepada Wiranata.

Siapakah gadis misterius yang sangat mirip dengan Lily dan bagaimana akhir kisah ini?  Bagi Anda yang telah membaca novel asli karya KTH, mungkin melihat adanya adaptasi dan perubahan nama-nama tokoh dalam film ini dengan dibandingkan dengan di novel.  Nama-nama Tionghoa di novel seperti Oh Ay Ceng dan Gwat Nio berubah menjadi Wiranata dan Salmah; demikian juga Bian Koen berubah menjadi Tatang. 

Bahkan plot dalam film ini pun sedikit lebih sederhana dibandingkan novel aslinya yang konon mempunyai sedikit sisi mistis dan memiliki alur yang memiliki kesamaan dengan karya Shakespeare Midsummer Night Dream. 

Yang membuat film ini demikian asyik adalah lagu-lagu lama yang mendayu-dayu seperti Sehidup Semati,  Sapu Tangan karya Gesang, Cintaku Padamu dan Kasih dan Cinta Pertama.  Menonton film ini kita bagaikan kembali ke masa-masa lampau yang penuh kenangan.  Film ini juga sangat menarik karena kita bisa sekedar mengintip suasana kota Jakarta di tahun 1970 an termasuk monumen di Bundaran Slipi yang sekarang sudah tidak ada lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun