Pagi itu waktu belum menunjukkan pukul 9 pagi ketika saya turun di halte TransJakarta Pejambon, Jakarta Pusat.
Dari sini, sebuah gereja tua dengan kubah yang ikonik ada tidak jauh di hadapan, kira-kira 150 meter sahaja. Inilah Gereja Innanuel yang sebenarnya sudah ratusan kali saya lihat sepintas dari luar sejak puluhan tahun lalu, tetapi baru kali ini punya kesempatan untuk berkunjung dan melihatnya dari dekat.
Di sini, Mbak Maesa dari Wisata Kreatif Jakarta dan beberpa sobat yang bergabung dalam Festival Kebhinekaan 7 sudah siap untuk mengintip gereja ini dari luar dan dalam.
Kami langsung menuju ke pintu masuk gereja dengan naik lift kaca yang terasa sangat kontras dengan kekunoan gedung ini. Lift ini membantu kita untuk naik ke lantai dasar gereja yang lumayan tinggi. Kalau tidak kita harus naik beberapa derrta anak tangga yang sebenarnya jauh lebih cantik dari lift yang modern ini .
Dari lift kami langsung menuju ke pintu masuk gereja. Merupakan pintu kecil saja dan kemudian tiba di ruang dalam gereja yang berbentuk bundar. Sebelum masuk saya terkagum-kagum dengan deretan pilar Doria dan pintu serta jendela dalam ukuran raksasa yang seakan-akan menyambut kami kembali ke masa silam.
Di dalam gereja, yang  langsung menarik adalah kubahnya yang sangat megah dan mengingatkan saya akan Panten di Roma. Bangunan klasik berkubah yang sudah berusia lebih dua ribu tahun. Â
Deretan kursi di tenaga ruang gereja ini hanya 5 atau 6 baris. Â Uniknya ada kursi khusus untuk kaum disabilitas. Sekarang saya pun sadar bahwa lift tadi juga sebenarnya merupakan fasilitas untuk kaum disabilitas atau lansia . Â