Bogota yang disebut juga La Candelaria. Â Kendaraan kami memasuki jalan-jalan sempat yang terbuat dari cobblestone yang sudah berusia ratusan tahun dengan kontur yang turun naik sesuai dengan kontur kota Bogota yang berbukit-bukit.
Bersama mas Fadhil, saya memulai jalan-jalan saya di kota tuaDi jalan yang sempat dan hanya bisa dilalui satu kendaraan ini, kami mencari tempat parkir atau Parquedero yang ternyata cukup banyak tersedia. Hal ini dikarenakan tidak mungkin bagi kendaraan kami untuk berhenti di tepi jalan karena akan langsung membuat lalu lintas berhenti. Suasana pagi itu cukup ramai dengan langit yang cerah dan suhu udara kota Bogota yang sejuk. Â Masih sekitar 14 derajat Celsius saja terlihat di gadget saya.
Di sebagian jalan-jalan di kawasan La Candelaria ini suasananya cukup sepi dan tidak ada pejalan kaki, sehingga memberikan kesan yang kurang aman bagi pejalan kaki. Apa lagi di malam hari sehingga kawsan La Candelaria memang cukup terkenal sebagai daerah yang cukup berbahaya bagi pengunjung terutama di malam hari.  Kami juga sempat melewati sebuah taman yang Bernama Gabriela Garcia Marquez Park atau Parque de la Periodista  alias Taman Jurnalis.  Nama Gabriel Garcia Marquez sendiri sudah saya kenal sebagai salah seorang penulis terkenal Colombia yang pernah mendapat hadiah nobel kesusastraan. Salah satu karyanya yang pernah saya baca adalah Cien Anos en Soledad alias serratus tahun dalam kesunyian.Â
Perjalanan ini bukan napak tilas hal-hal yang berbau sastra, melainkan dengan satu misi  utama yaitu membeli SIM Card lokal karena sim yang saya bawa dari Indonesia, tidak bisa roaming di Kolombia walau saya sudah membeli paket roaming seharga beberapa ratus ribu rupiah. Roaming nya bekerja baik sewaktu transit du Turki.  Â
Kami kemudian berhasil menemukan parquedero yang masih memiliki beberapa tempat kosong. Setelah memarkir mobil, tiba-tiba ada seorang lelaki berusia setengah baya yang menegur kami dan menanyakan apakah kami berasal dari Indonesia. Â Rupanya dia bisa langsung mengenal dari kendaraan yang kami naiki. Â
Pria ini ternyata sangat berminat untuk berbisnis dengan Indonesia sehingga menanyakan produk apa saja yang selama ini sudah diekspor dari Indonesia ke Kolombia dan sebaliknya. Sekitar 5 menit kami berbincang-bincang dengan lelaki tadi di tempat parkir dn hanya diakhiri ketika ada kendaraan yang harus lewat.Â
Sama seperti ketika di Bandara Eldorado, di tempat parkir ini juga tertulis dengan jelas tarifparkir untuk mobil yaitu $75 alias 75 Dollar per menit.  Perlu diketahui bahwa walau memakai lambang Dollar dan sering disebut Dollar tetapi sesungguhnya $75 ini adalah 75 COP atau 75 Peso Kolombia alias sekitar 400 Rupiah saja.  Nah kalau satu jam maka tari parkir lumayan mahal yaitu 4500 Peso atau sekitar 18 ribu rupiah per jam.  Biasanya tarif parkir juga ada maksimum untuk sekali parkir.  Sedangkan untuk motto atau kendaraan roda dua tarifnya $ 50 per menit. Di bandara Eldorado sendiri tarifnya adalah 97 $ per menit.
Setelah berjalan menyusuri kawasan La Candelaria, kami menemukan sebuah toko kecil yang menjual SIM CARD. Akhirnya saya membeli Sim Card Claro dengan data 18 Giga yang berlaku selama 1 bulan dengan harga 46 Ribu Peso. Â Nah gadget saya sudah kembali online dan tentunya tidak khawatir nyasar mengembara di Bogota seorang diri.Â